SAMPANG – Merasa ditelantarkan, 16 anak pengungsi korban konflik SARA pada 26 Agustus 2012 lalu yang hingga saat ini masih bertahan di GOR Tenis Indoor Kabupaten Sampang, mendatangi gedung DPRD Sampang, Selasa (08/1).
Kedatangan anak-anak itu untuk mengadukan tentang kebutuhan kesehatan, pendidikan, dan konseling untuk menghilangkan trauma kerusuhan. Mereka datang dengan didampingi Untung Rifai, selaku pembina Komite Anak Sampang (KAS).
Saat di hadapan anggota komisi D DPRD Sampang, Untung menjelaskan bahwa pada hari pertama masuk sekolah kemarin, tak ada satupun guru pengajar yang diperbantukan di sekolah darurat di depan GOR Tenis Indoor yang merupakan tempat tinggal sementara pengungsi.
Untung menuding bahwa sangat jelas tidak ada perhatian dari Dinas Pendidikan (Disdik) Sampang. Selain itu tidak adanya gizi tambahan terhadap makanan anak-anak pengungsi. Bahkan makanan anak sama dengan makanan orang dewasa. Juga tidak ada program untuk menghilangkan trauma psikologis anak korban kerusuhan. “Janganlah anak-anak ini diperhatikan hanya disaat ada kunjungan dari pejabat pemerintah pusat saja. Tetapi setelah pejabat pusat itu tidak ada, mereka kembali diterlantarkan. Kami hanya minta dengan sangat kepada anggota DPRD Sampang untuk lebih memperhatikan nasib anak-anak pengungsi ini, karena mereka mempunyai hak atas pendidikan dan tempat tinggal yang layak,” tegas Untung.
Mendapat keluhan tersebut, Komisi D DPRD Sampang berjanji akan lebih memperhatikan nasib anak-anak pengungsi korban konflik SARA tersebut. “Dalam waktu dekat kami akan memanggil Dinas terkait, seperti Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, dan Dinas Sosial, untuk menangani pengungsi yang masih bertahan, khususnya bagi pengungsi anak,” janji Agus Khusnul Yakin, salah satu anggota komisi D. (cyo/msa/rah)