SUMENEP – Dinas Pendidikan Sumenep berencana memasukkan Bahasa Madura sebagai pelajaran muatan lokal pada kurikulum 2013. Pelajaran Bahasa Madura diharapkan dapat mempertahankan kebudayaan Madura dikalangan pelajar yang mulai luntur.
Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Ahmad Masuni mengatakan, kurikulum muatan lokal Bahasa Madura salah satu rekomendasi hasil Kongres Kebudayaan Madura II beberapa pekan lalu. Ia mengaku sangat apresiatif dengan rekomendasi tersebut.
Dalam waktu dekat pihaknya akan mengumpulkan seluruh kepala sekolah, baik SLTP maupun SLTA untuk membahas kurikulum muatan lokal Bahasa Madura di Sumenep, dan berharap bisa segera diterapkan.
“Kami akan mengumpulkan seluruh kepala sekolah SMP/SMA se-Kabupaten Sumenep untuk menindaklanjuti Bahasa Madura menjadi kurikulum muatan lokal. Sebab, dengan memasukkan Bahasa Madura kepada kurikulum lokal akan membantu para anak (didik) agar tetap mempertahankan budayanya, khususnya Bahasa Madura yang merupakan ciri khas masyarakat Madura,” katanya, Rabu (2/1).
Namun, penerapan pelajaran Bahasa Madura tidak mudah. Sebab, lanjut Masuni, saat ini guru yang kompeten mengajar Bahasa Madura di Sumenep masih minim. “Tetapi tidak menyurutkan semangat,” tegasnya.
Untuk mendapatkan guru pelajaran bahasa Madura yang kompeten, pihaknya akan melakukan koordinasi dengan para kepala sekolah. ”Nanti kami akan bicarakan dengan para kepala sekolah, agar mencari guru yang memang kompeten dan fokus dalam (mengajar) Bahasa Madura,” lanjutnya.
Hal senada juga diungkapkan Ketua Komisi D DPRD Sumenep, Ahmad Zubaidi. Menurutnya, sudah seharusnya pemerintah memasukkan Bahasa Madura ke dalam kurikulum muatan lokal. Pasalnya, pelajar belakangan ini mulai terpengaruh budaya luar yang secara perlahan-lahan akan menggerogoti ciri khas kemaduraannya.
”Kami sangat mendukung, bahkan tidak hanya Bahasa Madura. Pendidikan moral pun juga perlu dimasukkan dalam kurikulum lokal, agar anak didik kita akan selalu tercerahkan. Apalagi, belakangan ini marak terjadi tauran anatar pelajar. Hal itu perlu adanya sentuhan pendidikan moral yang diterapkan di sekolah-sekolah,” katanya.
Secara terpisah, Mantan Ketua Komunitas Kopung, Khairul Umam, juga setuju Bahasa Madura masuk kurikulum. Ia menilai, Bahasa Madura sudah hampir punah. Tanda-tanda kepunahan itu bisa dilihat dari anak-anak yang mulai tak lagi diajarkan Bahasa Madura di lingkungan keluarga.
“Kita harus mencegah punahnya Bahasa Madura dengan cara melesatarikan dan membumikan Bahasa Madura, baik melalui lingkungan keluarga, sekolah, lebih-lebih di setiap instansi, misalnya, ada satu hari bagi pegawai wajib berbahasa Madura,” ungkap Umam, kemarin (02/01). (sai/syam/mk)