JAKARTA – Daya tahan ekonomi Indonesia masih sangat kuat dalam mengahadapi ancaman krisis global yang diperkirakan masih akan membayangi ekonomi dunia pada 2013 mendatang. Hal ini ditopang oleh kekuatan konsumsi domestik dan investasi yang akan berlanjut di tahun 2013 nanti. “Indonesia adalah salah satu negara di dunia dengan daya tahan (menghadapi) krisis sangat tinggi. Tetapi, jangan cepat puas, karena bayang-bayang krisis global masih terus ada,” ujar pengamat ekonomi Universitas Gajah Mada, Sri Adiningsih di Jakarta, Minggu (30/12).
Menurutnya, pasar keuangan yang merupakan jalur utama pengaruh ketidakpastian ekonomi global merupakan salah satu sumber kerentanan ekonomi Indonesia. Pasalnya besaran dana portofolio yang masuk Indonesia pada 2012 diperkirakan masih akan menjadi sumber kerentanan ekonomi pada tahun 2013 mendatang. “Begitu juga perdagangan internasional yang melemah pada 2012 masih akan berlanjut pada 2013. Sehingga perekonomian Indonesia 2013 masih akan bertumpu pada ekonomi domestik seperti konsumsi,” paparnya.
Sementara untuk invetasi yang pertumbuhannya tergolong tinggi diperkirakan juga akan melemah pada 2013. Demikian halnya pada sektor non tradable seperti sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor konstruksi, sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan yang biasanya tumbuh tinggi diperkirakan akan mengalami tekanan.
Melihat Gama Leading Economic Indicator (LEI) sebelumnya, dikatakan Adiningsih pertumbuhan ekonomi Indonesia 2013 diperkirakan tidak akan jauh berbeda dengan pertumbuhan ekonomi pada 2012. Pertumbuhan ekonomi akan berada pada kisaran 6-6,5 persen. “Otoritas ekonomi diharapkan bisa menjaga stabilitas ekonomi makro maupun pasar keuangan dengan lebih baik pada tahun depan supaya iklim investasi dan usaha tidak memburuk,” ujarnya.
Adiningsih menambahkan berbagai kebijakan yang sifatnya memberikan stimulus pada pergerakan ekonomi juga perlu dilakukan. Salah satu pilihan yang dapat dipakai adalah dengan mengurangi subsidi BBM secara bertahap yang dialihkan untuk pembangunan infrastruktur agar dapat meningkatkan daya saing internasional produk Indonesia.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan, daya tahan ekonomi Indonesia masih bagus. Meski demikian, pemeirntah tetap waspadai dampak krisis global. “Pemerintah akan belajar dari pengalaman krisis 2008/2009. Kondisi krisis saat ini, relevan dengan kondisi saat itu dimana krisis bisa datang dengan tiba-tiba, atau krisis datang dengan bertahap. “Cadangan risiko sudah kami siapkan,” kata Menkeu.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Armida S. Alisjahbana meyakini perekonomian Indonesia dalam tahun 2013 masih akan menunjukkan kinerja yang menggembirakan. Kementerian PPN/Bappenas memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 6,8% dan estimasi tahun 2012 sebesar 6,5%. “Pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tumbuh di atas fondasi yang kokoh,” tegas Armida.
Perkiraan Bappenas lainnya adalah pada 2013 nilai tukar di level Rp9.300/US$, setelah pada 2012 rata-rata Rp9.000/US$. Dalam tahun 2013, ekonomi AS dan Eropa tetap akan dihadapkan pada proses penguatan fiskal dan pemulihan ekonominya, termasuk melalui kebijakan moneter yang tidak ketat. Dengan demikian, nilai tukar dolar AS dan Eropa cenderung masih melemah terhadap mata uang Asia.
Sedangkan perkiraan tingkat inflasi 4,9% pada 2013 setelah pada 2012 sebesar 6,8%. Sasaran pertumbuhan yang cukup tinggi pada 2013 yang bersifat mendorong inflasi akan diimbangi dengan langkah-langkah untuk meningkatkan stabilitas harga di dalam negeri termasuk harga komoditi pokok. Dengan demikian, pada tahun 2013 inflasi diperkirakan sebesar 5%.
Sementara itu, suku bunga acuan (SPN 3 bulan) tetap dijaga pada suku bunga riil 1-2 persen di atas inflasi dengan suku bunga nomina sama dengan suku bunga riil ditambah dengan ekspektasi inflasi. Penetapan suku bunga acuan disesuaikan dengan situasi keuangan global maupun perkembangan harga-harga di dalam negeri. Bappenas memperkirakan SPN 3 bulan pada 2013 akan tetap 5% seperti halnya di tahun 2012.
Menurut Armida, tema pembangunan tahun 2013 adalah memperkuat perekonomian domestik bagi peningkatan dan perluasan kesejahteraan rakyat. Unsur-unsur pokok tema ini adalah daya saing, daya tahan ekonomi (resilience), peningkatan dan perluasan kesejahteraan rakyat, dan stabilitas sosial dan politik. (gam)