PAMEKASAN- Dinas Kesehatan (Dinkes) Pamekasan, Madura, menetapkan empat kecamatan di Pamekasan sebagai daerah endemis Demam Berdarah Dangue (DBD). Empat kecamatan itu antara lain, Kecamatan Pademawu, Kota, Larangan dan Kecamatan Galis. Di empat kecamatan itu, hampir setiap tahun ditemukan banyak kasus DBD.
Dengan pentetapan wilayah endemis (tempat penyebaran) penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk itu, Dinkes Pamekasan menerapkan penanganan khusus di empat kecamatan itu, mulai dari tindakan antisipasi hingga penanganan medis.
Tindakan antisipatif, kata Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Pamekasan, Ali Maksum, dilakukan dengan melakukan penyemprotan (foggingisasi) di tempat-tempat yang menjadi sarang nyamuk, sementara tindakan medis berupa penanganan setelah ditemukan kasus.
“Untuk tindakan medis, kami telah menyiapkan lima puskesmas yang ada di empat kecamatan itu,” jelas Ali Maksum, kemarin (27/1).
Ali Maksum menjelaskan saat ini sejumlah petugas diterjunkan ke desa-desa di empat kecamatan itu untuk melakukan penyemprotan. Penyemprotan itu dilakukan di rumah-rumah penderita DBD hingga radius sertatus meter.
Itu merupakan langkah antisipatif agar penyakit yang sudah menjangkiti warga tidak menular ke warga lainnya melalui gigitan nyamuk. Selain melakukan penyemprotan, pihaknya juga menyebarkan obat abate kepada warga secara cuma-Cuma agar digunakan untuk membasmi nyamuk di tempat-tempat penampungan air.
Hingga menjelang akhir Januari, terjadi peningkatan jumlah penderita demam berdarah di Pamekasan. Pada awal Januari, jumlah penderita penyakit itu berjumlah 27 orang, namun saat ini telah meningkat menjadi 61 penderita.
Sementara itu, Rumah Sakit Pamekasan sampai saat ini masih merawat sedikitnya 38 penderita DBD. Dari jumlah itu, sebagian besar merupakan penderita yang masih berusia 3,5 tahun hingga 11 tahun.
Menurut Kepala Seksi Rawat Inap dan Intensif RS Pamekasan, Cahyono Mauladi, para penderita itu berasal dari seluruh kecamatan di Pamekasan, kecuali Kecamatan Batumarmar. Jumlah penderita terbanyak berasal dari Kecamatan Kota yang mencapai 11 penderita disusul Kecamatan Palengaan dan Pademawu masing-masing tujuh dan delapan penderita.
“Sepertinya kasus ini merata hampir terjadi di semua kecamatan. Dari Batumarmar memang tidak ada pasien,namun bukan berarti di kecamatan itu tidak ditemukan kasus DBD. Bisa jadi, penderitanya dirawat di Puskesmas setempat dan tidak dirujuk ke rumah sakit,” kata Cahyono. (afa/muj)