JAKARTA- Wacana pemindahan ibu kota yang berkembang sejak beberapa tahun lalu dinilai tidak pernah disikapi secara serius. Apalagi, wacana pemindahan itu setiap kali muncul saat banjir melanda ibukota. “Baru setiap ada masalah seperti kemacetan yang ekstrim atau banjir yang ekstrim, muncul diskusi dan perdebatan bahwa Jakarta sudah tidak layak lagi menjadi ibu kota,” kata Pengamat kebijakan publik Andrinov Chaniago di Jakarta,Selasa, (22/1).
Lebih jauh kata Direktur eksekutif Center for Indonesian Regional and Urban Studies (Cirus) ini, kriteria kota masa depan adalah kota yang nyaman, mampu menyejahterakan warganya, menampung semua kepentingan, tidak diskriminatif dan ada keseimbangan antara manusia dan lingkungan serta layak huni.
Bila melihat kriteria itu, Andrinov mengatakan Jakarta dari segi kualitas sangat rendah dan tidak akan mampu memenuhi kriteria sebagai kota masa depan. “Banyak masalah di Jakarta seperti polusi udara, kemacetan, pengadaan air bersih dan kurangnya layanan publik yang membuat kualitas Jakarta sebagai kota masa depan sangat rendah,” tambahnya.
Sementara itu, Wali Kota Palangka Raya, Riban Satia mengatakan saat peresmian Provinsi Kalimantan Tengah dengan ibu kota Palangka Raya pada 1957, Presiden Soekarno mengatakan bahwa kota tersebut akan menjadi ibu kota pemerintahan.”Saya sudah pernah melihat tata ruang dan desain pusat pemerintahan Malaysia di Putrajaya,” ungkapnya.
Menurut Riban, tidak terlalu sulit menata Palangka Raya karena kota ini merupakan salah satu kota terluas di Asia Tenggara bahkan di dunia. Sementara wilayah yang digunakan untuk permukiman masih sangat sedikit.
Bahkan Riban optimis Palangkaraya siap menjadi pusat pemerintahan bila wacana pemindahan ibu kota dari Jakarta benar-benar direalisasikan. “Palangkaraya adalah kota terluas di Asia Tenggara bahkan mungkin di dunia. Dengan luas 2.678,5 kilometer persegi, baru 54 kilometer persegi yang digunakan untuk permukiman,”paparnya.
Dikatakan Riban, pihaknya sudah membuat perencanaan tata ruang dan wilayah kota selama 50 tahun hingga 100 tahun ke depan, seperti jaringan jalan yang lebar dan jaringan drainase kota. Hal itu sudah diatur dalam regulasi yang Pemerintah Kota Palangka Raya susun sebelumnya.
Menurut dia, setiap orang yang berkunjung selalu berkomentar bahwa Palangkaraya merupakan kota yang tertata dengan jaringan jalan yang lebar dan rumah-rumah dengan halaman yang luas. “Namun, pembangunan rumah sangat sederhana justru membuat beberapa wilayah terlihat kumuh karena di kawasan itu tidak ada tata ruang yang jelas. Karena itu, harus ada konsep yang jelas dan itu yang menjadi pekerjaan rumah kami selama lima tahun ini,” tuturnya. (cea)