BANGKALAN – Kepala gerbang jembatan tol suramadu, Suharyono mengingatkan pengguna jembatan suramadu meningkatkan kewaspadaan. Musim hujan disertai angin kencang yang sering melanda wilayah Bangkalan dan Surabaya belakangan ini, merupakan warning (peringatan) bagi para pengguna jembatan Suramadu untuk selalu waspada.
Salah satu bentuk kewaspadaan pengguna suramadu adalah mematuhi rambu-rambu serta himbaun petugas. Ini merupakan alternative terbaik mencegah kerawanan kecelakaan lalu lintas (lakalantas) baik di sepanjang jalan akses maupun jembatan Suramadu sendiri.
Lebih lanjut Suharyono memaparkan sewaktu-waktu apabila terjadi angin di atas batas kecepatan normal, maka akan dilakukan penutupan penyeberangan melalui jembatan sementara waktu. Penutupan ini pernah dilakukan selama musim penghujan di akhir tahun 2012 dan awal 2013. “Selama musim penghujan dari bulan Desember hingga Januari 2013 ini, penutupan jembatan baru dilakukan sekali pada bulan Desember selama kurang lebih 15 menit khusus untuk roda dua. Untuk roda empat sendiri belum ada penutupan karena kecepatan angin masih di bawah normal,” ujar Kepala gerbang jembatan tol Suramadu, Suharyono, Selasa (8/1).
Ia menjelaskan, ketentuan dilakukan penutupan untuk jalur kendaraan roda dua baik siang dan malam hari, apabila kecepatan angin di atas 40 km/jam, dan untuk roda empat kecepatan angin di atas 60 km per jam. “Prosedur tetap jembatan akan ditutup baik untuk jalur roda dua dan empat. Apabila kecepatan angin mencapai 60 per jam akan dilakukan penutupan total. Namun hingga saat ini belum terjadi untuk penutupan total,” ungkapnya.
Suharyono menghimbau khususnya bagi pengguna roda dua untuk bersabar apabila dilakukan penutupan sementara jalan suramadu karena cuaca buruk di tengah jembatan. Sebab apabila tidak dilakukan penutupan akan membahayakan ketika ada di bentang tengah. Pengguna jembatan suramadu diharap untuk selalu mengikuti setiap yang diintruksikan petugas karena untuk keamanan pengguna suramadu sendiri.
Suharyono menambahkan pihaknya tidak sembarangan mengambil keputusan penutupan. “Untuk memantau kecepatan angin, kami menggunakan anemometer yang ditempatkan di sentral komonikasi, jadi begitu petugas memonitor perlu adanya kewaspadaan, petugas langsung melakukan komonikasi dengan petugas patroli dan petugas PJR yang melakukan observasi di lapangan,” paparnya.(ori/rah)