PAMEKASAN – Selain menyebabkan bangunan rusak, angin kencang dan musim ombak selama beberapa hari terakhir ini, menyebabkan terhentinya aktivitas para nelayan di sejumlah desa yang berada di wilayah pesisir Kabupaten Pamekasan, Madura.
Para nelayan mengaku enggan berlayar untuk mencari ikan karena kondisi cuaca yang dinilai membahayakan. Sebagian dari mereka memilih memperbaiki peralatan menangkap ikan mereka yang rusak, atau mencari pekerjaan sampingan sebagai kuli bangunan.
Bahkan untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari, para nelayan, terutama nelayan kecil, terpaksa menggadaikan barang berharga dan perabotan rumah tangga mereka.
Rahmat, 25, salah seorang nelayan asal Desa Branta Pesisir, Kecamatan Tlanakan, Pamekasan, mengaku kesulitan memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Sebab, sejak beberapa hari terakhir, dirinya dan nelayan lain tidak bisa mencari ikan sebagai sumber penghidupan utama.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dirinya terpaksa bekerja sebagai tenaga kuli bangunan. Itu dilakukan karena tidak ada sumber penghasilan lain yang bisa dilakukan.
“Bagi kami yang penting bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga, kerja apa saja asalkan halal,” kata Rahmat.
Sementara itu, kondisi cuaca di perairan juga berpengaruh pada pasokan dan harga ikan di pasaran. Harga ikan laut di sejumlah pasar ikan di Kabupaten Pamekasan mengalami kenaikan akibat minimnya pasokan.
Harga ikan tongkol ukuran sedang, yang biasanya dihargai Rp. 45 ribu perkilogram naik menjadi Rp. 55 ribu sampai Rp. 60 ribu. Begitu pula dengan harga ikan yang dijual menggunakan sistem bijian juga mengalami hal yang sama.
Para pedagang mengatakan penaikan harga itu akibat sulitnya mendapatkan pasokan ikan karena musim angin. Mereka hanya mendapatkan pasokan ikan dari nelayan kecil yang biasa mencari ikan di wilayah pantai.
“Saat ini mencari ikan sangat sulit. Meskipun ada, ikan yang sudah tidak terlalu segar,” kata Muawwanah, salah seorang pedagang ikan di Pasar Kolpajung, Pamekasan, kemarin (13/1). (afa/muj)