SUMENEP – Warga Kepulauan Saular Kangean mengalami krisis air bersih. Sebab, bumi di pulau yang berpenghuni 262 jiwa dari 89 KK ini tidak bisa mengeluarkan air bersih karena luas pulau ini sempit. Biasanya, warga membeli air dari desa sebelah yang terbelah laut. Tetapi karena pulau sebelah juga krisis air, secara otomatis pasokan air bersih tidak lancar bahkan tersendat.
Informasi yang dihimpun, sudah tiga bulan ini warga Saular tidak menerima pasokan air bersih. Mereka terpaksa mandi menggunakan air asin (payau). Sedangkan untuk keperluan masak dan minum, bagi warga yang kelebihan uang membeli dari pulau Salarangan dengan harga Rp. 1.500 per jiriken berisi 20 liter. Namun bagi yang tidak punya uang atau keluarga pas-pasan, mereka menyimpan air hujan untuk makan (masak) dan minum. “Sudah dua bulan tandon tidak terisi air bersih,” kata Kadus Saular Abdul Asyik yang dihubungi melalui ponselnya kemarin pagi (3/1).
Dia menjelaskan, selama ini warga Saular bergantung kepada Perahu Tandon millik Sadulang Kecil. Tetapi setelah terjadi pemekaran desa Sapeken, Sadulang Kecil tidak mengirim lagi suplai air untuk Saular. Karena itu dia mengharap kepada Pemerintah Sumenep untuk bantuan pedangadaan Perahu Tandon karena mata air hanya ada di dusun Bato Korbi Desa Kangayan, kurang lebih 3 seperempat jam jika ditempuh dengan perahu.
Ketua komisi B DPRD Bambang Prayogi menjelaskan, pihaknya segera menindaklanjuti keluhan warga Saular ke ESDM. Dia mengharapkan agar warga Saular tidak berkecil hati karena secepatnya masalah itu akan diproses. Sedangkan mengenai permintaan perahu dan desalinasi air bersih dirinya tidak segera memutuskan karena butuh biay terlalu mahal dan untuk tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. “Keputusan mengenai teknis di lapangan tergantung Senin (7/1),” dia bersemangat. (tink/abe)