Gonjang ganjing yang melanda Partai Demokrat memang merupakan masalah internal partai. Namun, sebagai partai pemenang pemilu, ditambah lagi Ketua Dewan Pembinan Demokrat merupakan Presiden RI, apa yang terjadi di internal Partai Demokrat jelas akan sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat Indonesia. Paling tidak masyarakat Indonesia akan tersita perhatiannya pada apa yang terjadi di partai, yang belakangan elektabilitasnya terjun bebas itu.
Apa yang terjadi dalam Rapimnas misalnya, jelas akan mendapat perhatian masyarakat Indonesia. Apalagi liputan media, sudah pasti secara tak langsung mengundang minat dan perhatian masyarakat. Posisi sebagai partai pemenang pemilu, yang menggambarkan peran partai itu di DPR dan DPRD di seluruh Indonesia, ditambah tampilnya kader Partai Demokrat yang menjadi Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/walikota dan wakilnya, mempertegas seberapa besar pengaruh partai itu di tengah masyarakat Indonesia.
Karena itu kita berharap ada pemahaman pada para elite Partai Demokrat untuk menyadari posisinya di tengah masyarakat. Bukan sebagai sebuah ketergantungan masyarakat Indonesia tentu saja. Tetapi lebih pada keharusan-keharusan budaya dan persambungan proses sosial keberadaan Partai Demokrat sebagai partai pemenang pemilu dengan realitas sosial masyarakat Indonesia.
Bahwa apa yang terjadi di internal Partai Demokrat sekurangnya akan menjadi referensi bersikap masyarakat Indonesia dalam berpolitik, berorganisasi serta tentu saja dalam menaati berbagai mekanismenya peraturan di internal partai. Benar ini urusan internal partai, namun masyarakat akan menilai apakah partai pemenang pemilu itu menjadi contoh yang baik dalam berpolitik, berorganisasi dan menaati aturan organisasi.
Dengan liputan media yang terbuka seperti sekarang, apa pun yang terjadi di Rapimnas akan terlihat oleh masyarakat. Karena itu penting, agar Rapimnas itu menghasilkan dampak positif pada pendidikan politik, kita berharap masyarakat Indonesia disuguhi dua hal, yaitu pertama, kedewasaan dan sikap beradab dalam menyelesaikan masalah internal partai.
Perbedaan pemikiran boleh tumbuh berkembang, konsep cara penyelesaian masalah bisa beraneka ragam. Namun semua proses itu haruslah melalui cara-cara terhormat, melalui proses berpikir, menggunakan otak bukan menggunakan otot; memakai metode beradab bukan menggunakan cara-cara jalanan.
Kedua, apapun bentuk penyelesaian persoalan internal partai, haruslah mengacu pada sikap perilaku taat asas. Aturan partai dalam bentuk AD/ART ditaati dan dijadikan landasan seluruh pengambilan keputusan. Dengan demikian, potensi menyelesaikan masalah dengan masalah dapat dihindari. Keputusan apapun, yang berlandaskan aturan partai, diharapkan akan mengurangi atau meminimalkan dan bahkan berpeluang menuntaskan masalah. Namun sebaliknya, bila AD/ART sebagai hukum internal partai yang dibuat bersama, untuk kepentingan bersama itu dilabrak, hampir bisa dipastikan masalah tidak hanya jauh dari selesai bahkan berpotensi makin kompleks.
Jika minimal, dua hal itu, yang berkembang dalam Rapimnas Partai Demokrat, masyarakat Indonesia sekurangnya tidak terbuang energinya, pada perhatian sikap dan perilaku politik yang jauh dari semangat pendidikan politik. Energi perhatian yang terpakai, tergantikan dengan atraksi pendidikan politik yang potensial meningkatkan kecerdasan berpolitik masyarakat Indonesia.