SURABAYA (Koran Madura) — Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) di Jawa Timur kacau dan tidak adanya ruang yang terbuka lebih luas bagi siswa untuk berkesempatan mengikuti seleksi di pendidikan tinggi. “Bulan Februari ini baru separo dari total sekolah di Jatim yang mamasukkan datanya,” ungkap Anggota Komisi E DPRD Jatim, Ahmad Jabir kepada Koran Madura, Kamis (14/2).
Ahmad Jabir menjelaskan kacaunya basis data Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tersebut ditunjukkan dari berbedanya jumlah sekolah tingkat SMA/SMK di Jawa Timur dari kementerian Pendidikan dengan jumlah 4.159 SMA/SMK/MA. Sementara yang memasukkan datanya ke PDSS baru 2.155 lembaga.
“Dinas Pendidikan Jatim kurang melakukan sosialisasi kepada seluruh sekolah agar memasukkan data-datanya,” ujar Jabir.
Menurutnya Dinas Pendidikan Jatim juga mengawal ketat bahkan membantu sekolah untuk memasukkan data ke PDSS. Jika dipandang perlu data berupa nama, alamat serta profil sekolah dimasukkan ke PDSS. “Saya khawatir, banyaknya sekolah yang tidak mendaftarkan diri ke PDSS dikarenakan keputusan sepihak dari pihak sekolah yang menganggap tidak ada satupun siswanya yang akan mengikuti SMPTN”,ungkapnya.
Ahmad Jabir menambahkan Dinas Pendidikan Jawa Timur jumlah mendata sekolah yang pasti di jawa Timur, sehingga bisa memetakan potensi peserta SMPTN dengan lebih akurat. “Sinyalemen sekolah enggan daftarkan siswanya ke PDSS, akan mematikan kesempatan dan hak siswa untuk jenjang pendidikan yang lebih baik,”pungkasnya.
Untuk diketahui, SMPTN atau yang dahulu disebut seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) jalur undangan mengacu pada dua hal utama, yaitu prestasi sekolah yang dibuktikan dengan raport serta prestasi di kegiatan, seperti olah raga atau seni yang dibuktikan dengan hasil-hasil kejuaraan pada tingkat tertentu. Semisal, Universitas Airlangga (Unair) memilih prestasi tingkat nasional, sementara Institut 10 November Surabaya (ITS) tingkat provinsi. (ara)