JAKARTA (Koranmadura) – PT Petrokimia Gresik meminta agar pemerintah tidak menghalangi rencana perusahaan untuk mendapatkan pasokan gas bumi dari Husky-CNOOC Madura Ltd. Pasalnya, anak perusahaan PT Pupuk Indonesia (Persero) tersebut membutuhkan bahan baku gas sebanyak 85 MMSCFD (juta kaki kubik) dari Husky untuk memproduksi pupuk di pabrik baru yang rencananya beroperasi pada Triwulan- II 2016. “Harapan kami memang agar (Kementerian) ESDM tidak menghalangi. Kami dan Husky sudah sepakat soal ini, kontraknya juga sudah siap,” kata Direktur Utama Petrokimia Gresik, Hidayat Nyakman di Hotel Four Season Jakarta, Senin (11/2).Menurut Hidayat, perusahaan sudah mengagendakan untuk menandatangani kontrak kerjasama pada Maret 2013. Rencana ini, jelas Hidayat tidak terlepas dari upaya ekspansi perusahaan untuk meningkatkan kapasitas produksi amoniak sebanyak 825.000 ton/tahun dan urea 570.000 ton/tahun.
“Rencana kami ini sudah sesuai dengan instruksi presiden untuk menjaga ketahanan pangan. Produksi amoniak dan urea itu akan kami dilakukan oleh pabrik baru kami, Pabrik Amoniak-Urea II,” ucapnya.
Sebelumnya, Menteri ESDM Jero Wacik berencana untuk mengalihkan produksi gas Husky ke perusahaan asing, karena harga jual yang lebih tinggi. Kementerian ESDM memperkirakan lapangan MDA-MBH akan mampu memproduksi gas sebanyak 120 juta kaki kubik di 2015-2016.
Lebih lanjut Hidayat mengungkapkan, saat ini Petrokimia Gresik dan Husky telah menyepakati jual-beli gas. “Kami meyakini pasokan gas itu (Husky) akan terjamin sampai sepuluh tahun sejak beroperasi, bahkan ada potensi mencapai 30 tahun,” ucapnya.
Selain itu, menurut Hidayat, pihaknya juga sudah membangun infrastruktur berupa pipa Pertagas dari jaringan East Java Gas System yang kondisinya sudah siap untuk mengalirkan gas. Jika rencana ini gagal, jelas dia, maka biaya untuk memenuhi kebutuhan pupuk nasional akan membengkak, karena perusahaan harus mengimpor gas. “Nantinya kami juga harus membayar ongkos transport dan Petriokimia juga harus membangun receiver terminal yang harganya ratusan ribu dolar Amerika Serikat,” tuturnya.
Hidayat mengatakan, pembangunan Pabrik Amoniak-Urea II tersebut untuk memenuhi kapasitas produksi urea 450.000 ton/tahun, ZA sebanyak 750.000 ton/tahun, SP-36 sebanyak 500.000 ton/tahun, pupuk NPK 2,8 juta ton/tahun dan pupuk organik 992.000 ton/tahun.
Sementara itu, kata Hidayat, selama ini Petrokimia Gresik hanya mampu memproduksi 440.000 ton/tahun dan sisanya diimpor sebanyak 370 ribu ton/tahun atau senilai Rp2,14 triliun.
Hidayat mengatakan, guna menindaklanjuti Instruksi Presiden No.2/2010 dalam upaya menunjang ketahanan pangan nasional, Petrokimia Gresik berencana membangun Pabrik Amoniak-Urea II dengan kapasitas amoniak sebesar 825.000 ton/tahun dan pupuk urea sebanyak 570.000 ton/tahun. “Bahwa kami dalam waktu sangat dekat ini akan meluncurkan proyek Petrokimia dengan membangun Pabrik Amoniak-Urea II. Sumber pendanaan kami berasal dari seluruh bank BUMN dan juga Bank BCA, BII serta luar negeri,” paparnya.
Baca Juga Blok Offshore Madura “Kejar” 22 Triliun
Hidayat menegaskan, rencananya pabrik tersebut akan beroperasi pada Triwulan II 2016 dengan memerlukan bahan baku berupa gas bumi sebesar 85 MMSCFD. Bahan baku ini, lanjut dia, akan dipasok Husky-CNOOC Madura Ltd dari lapangan MDA-MBH sesuai dengan kesepakatan dari Ditjen Migas Kementerian ESDM dan SKK Migas.
Lebih lanjut Hidayat menjelaskan, pembangunan pabrik tersebut diyakini akan memenuhi kebutuhan bahan baku untuk memproduksi pupuk NPK sebanyak 2,8 juta ton/tahun dan pupuk ZA sebanyak 750.000 ton/tahun. “Dengan demikian, kita tidak lagi bergantung pada impor amoniak yang fluktuasi harganya sulit diprediksi. Ini juga sekaligus menghemat devisa negara,” ucapnya.
Dia menambahkan, pabrik Petrokimia itu nantinya akan meningkatkan kapasitas produksi urea menjadi 1 juta ton/tahun dari sebelumnya yang hanya sebesar 450.000 ton/tahun. “Ini sekaligus akan menjamin pemenuhan kebutuhan pupuk urea di Jawa Timur, sehingga memberikan dampak efisiensi biaya distribusi yang signifikan. Selama ini kebutuhan Jawa timur dipasok PT Pupuk Kaltim dan PT Pupuk Sriwijaya,” paparnya. (bud)