SUMENEP – Pasca banjir yang melanda Kota Sumenep tiga hari lalu (3/2), sampai kemarin genangan air disejumlah tempat belum surut, seperti hektaran sawah dan sekolah di Desa Nambakor Kecamatan Saronggi yang ketinggian air masih cukup tinggi.
Madrasah Diniyah Ziyatul Ulum Dusun Cemara Desa Nambakor Kecamatan Saronggi yang masuk siang hari sudah diliburkan sejak Minggu, dan kemungkinan sampai hari ini masih akan diliburkan karena ketinggian air sampai kemarin (4/2) masih 1,5 meter.
Ketua Komite Madrasah Diniyah Ziyatul Ulum Ahmad Amar Fauzi yang ditemui Koran Madura di lokasi mengaku sudah sering sekolahnya terkena banjir karena lokasinya dekat dengan kali Muangan, tapi tidak sampai diliburkan karena tidak mengganggu aktifitas belajar mengajar.
Ia menyatakan baru kali ini air banjir sampai masuk ke dalam kelas. “Kalau murid-murid dimasukkan, mereka jelas tidak bisa belajar. Mereka pasti main-main air,” tuturnya, Senin (4/2).
Sebanyak 90 siswa yang libur hanya menghabiskan waktu dirumah dan tidak banyak melakukan aktifitas karena disebagian halaman rumah siswa air belum surut.
Petani padi di desa yang sama terancam gagal panen. Genangar air yang melanda hektaran sawah yang sudah berumur dua bulan sampai kemarin belum surut. Kerugian akibat banjir diperkirahan hingga puluhan juta rupiah.
“Satu hektar saja kami harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 6 juta,” kata Hasmi warga setempat.
Pantauan Koran Madura, banjir yang juga menimpa Jalan Urip Sumoharjo, Sultan Abdurrahman, DR Cipto, Trunojoyo, Kamboja, Cik Ditiro, Sultan Abdurrahman, dr. Soetomo, dan Kartini, Pasar Bangkal, dan alun-alun taman bunga, Minggu (3/2) dini hari sudah surut.
Warga yang sebelumnya rumahnya terendam banjir, kemarin sudah mulai memperbaiki dan membersihkan sisa-sisa sampah yang dibawa banjir.
Segera Diperbaiki
Kepala Dinas PU Pengairan Sumenep Edy Rasiadi mengaku akan segera melakukan pengerukan ke sejumlah kali agar saluran air lancar ketika terjadi banjir dan tidak meluap ke pemukiman warga.
“2013 ini, kami memang menganggarkan untuk pengerukan sebesar Rp 2,5 miliar yang diprioritaskan di daerah-daerah rawan banjir di Sumenep,” paparnya.
Dana tersebut berasal dari anggaran pendapatan dan belanja negara tahun anggaran 2013. Sungai yang akan dikeruk akibat pendangkalan dari APBN adalah kali Sokra dan kali Marengan.
“Program tersebut tidak hanya pengerukan, tetapi juga penguatan tanggul di sungai tersebut. Informasi yang kami terima, anggarannya masing-masing sebesar Rp 2,5 miliar,” ujarnya (Koran Madura, 25/1).
Namun, menurut Edy, upaya mengatasi banjir Sumenep tidak cukup dengan hanya dipasrahkan pada Dinas PU Pengairan. “Ini kan banjir kota, tidak tepat jika hanya dilimpahkan ke Dinas PU Pengairan,” kata Senin (4/2).
Komisi C Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) akan memanggil dinas-dinas terkait untuk membicarakan penyelesaikan banjir yang bisa terjadi setiap kali musim penghujan.
“Mengenai hal ini, secepatnya saya akan bicarakan dengan Ketua Komis C untuk segera memanggil dinas-dinas terkait, agar dinas terkait diharapkan bisa segera mengatasi itu agar Sumenep kembali kepada hal semula, aman, nyaman, dan transportasi di Sumenep bisa lancar,” jelas anggota Komisi C DPRD A Kurdi HA.
Politisi Partai Demokrat berharap, setelah duduk bersama membicarakan persolanan penyelesaian banjir, dinas terkait segera melakukan pengerukan dan membuat resapan air.
“Pertanyaannya sekarang, kenapa kok bisa terjadi banjir? Karena optimalisasi saluran air masih belum optimal, termasuk sampah-sampah masih belum di atur dengan baik, maka kepada dinas terkait diharapkan bisa segera mengatasi itu semua agar Sumenep tak lagi terendam banjir,” harap Kurdi. (sae/athink/sym/mk)