Surabaya — Kecewa terhadap terpilihnya Surya Paloh sebagai Ketua Umum Partai Nasional Demokrat, jajaran pengurus DPW Partai NasDem Jawa Timur dan anggota ormas sayap partai, berbondong-bondong mendatangi kantor DPW NasDem Jawa Timur di Jalan Darmo, Surabaya untuk mengundurkan diri.
Mereka mengaku, pengunduran diri secara massal ini, karena mereka kecewa dengan sikap dan kebijakan partai. “Kami mengundurkan diri karena sudah tidak lagi sejalan,” kata Wakil Sekretaris DPW NasDem Jawa Timur, Amrullah di lokasi, Senin (4/2).
Aksi oleh sejumlah pengurus DPW Partai NasDem Jawa Timur dan ormas sayap partai ini diawali dengan berkumpul di depan kantor DPW.
Sejumlah pengurus itu di antaranya, Sekretaris DPW Partai NasDem Jawa Timur Mirdasy, Siti Nasyi’ah, Darojat dan Wakil Sekretaris, Amrullah, Dini (Wakil Ketua), Brigita Manohara dan Widya Rahmi (Wakil Bendahara).
Beberapa pengurus organisasi sayap ikut mundur antara lain, Sekretaris Garda Pemuda NasDem (GPN) Jawa Timur, Badarruddin, Wawan (Wakil Ketua), Zaenul (Wakil Bendahara), Daniel Rorong (Humas), Lanny (Garda Wanita NasDem Jatim) dan Toni (Badan Rescue Nasional Demokrat Jatim).
Mereka juga melakukan aksi tutup mulut dan menggelar sejumlah poster. Sekitar 15 menit kemudian, mereka beramai-ramai masuk ke dalam kantor untuk menyerahkan atribut partai serta kartu keanggotaan. Namun, sempat terjadi kericuhan, mereka dihalang-halangi sekitar lima orang penjaga kantor. Setelah terjadi perang mulut dengan penjaga kantor, sekitar 10 menit kemudian mereka berhasil menerobos penjagaan dan masuk ke dalam kantor.
Di dalam kantor, mereka menyerahkan surat pengunduran diri secara resmi sekaligus melepas atribut seragam NasDem yang dikenakan. Dilanjutkan dengan aksi jalan mundur dengan mulut ditutup lakban warna hitam.
“NasDem dibentuk karena ingin memperbaiki nasib bangsa. Tapi, seiring berjalannya waktu, termasuk terpilihnya Surya Paloh sebagai Ketua Umum Partai NasDem, kami melihat partai tidak lagi menjunjung demokrasi. Karena cara-cara berdemokrasi yang dicontohkan Surya Paloh sebagai tokoh restorasi, mencederai demokrasi dan melenceng dari cita-cita restorasi dan gerakan perubahan,” pungkas Amrullah.