JAKARTA – Anas Urbaningrum (AU) akhirnya nyatakan mengundurkan diri sebagai Ketua Umum Partai Demokrat (PD), Sabtu siang. Pernyataan ini menyusul ditetapkannya mantan Ketua Umum HMI itu jadi tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
“Saya mohon maaf kepada seluruh kader setia PD, kalau saya berhenti di awal 2013. Saya tidak pernah merencanakan berhenti di 2013. Ini benar-benar di luar rencana saya,” ucap Anas dalam jumpa pers di DPP PD Jl Kramat Raya, Jakpus yang dihadiri ratusan wartawan, Sabtu siang.Anas mengakui dirinya selama 2,5 tahun memimpin PD benar-benar menjalankannya dengan sungguh-sungguh. Menurut Anas, posisi dirinya sebagai tersangka kasus gratifikasi Hambalang sebagian besar akibat faktor non hukum.
Anas mengakui mengundurkan diri sebab dirinya punya standar etik pribadi.”Kalau saya punya status hukum tersangka maka saya akan berhenti sebagai Ketua Umum Parta Demokrat,” kata anas.
Menurut dia, standar etik pribadinya cocok dengan pakta integritas yang diterapkan di Demokrat. Dan seminggu lalu dirinya juga sudah menandatangani pakta integritas di hadapan SBY.
“Terkait dengan pengundurkan dirinya saya sebagai ketua umum, saya ingin ucapkan terima kasih yang tulus kepada kader Demokrat di seluruh Indonesia,” katanya.
Anas mengatakan, sejak awal dirinya meyakini bahwa dia tidak akan punya status hukum di KPK. “Kenapa? Sebab KPK bekerja mandiri, profesional dan independen. Saya tadinya yakin KPK tidak bisa ditekan,” ujar Anas.
Pria kelahiran Blitar 43 tahun silam itu mengaku baru yakin akan mendapat status hukum setelah KPK diminta untuk memperjelas status hukum dirinya.”Waktu itu ada yang meminta kepada KPK agar memperjelas status hukum saya. Jika salah ucapkan salah, jika tidak ucapkan tidak,” jelasnya.
“Setelah ada desakan itu saya mulai berpikir ada yang menargetkan saya jadi tersangka,” ucap dia.
Anas pun mengakui tambah yakin dirinya akan jadi tersangka setelah dirinya dipersilahkan lebih fokus untuk hadapi masalah hukum di KPK.
“Berarti saya sudah divonis telah jadi tersangka, apalagi saya tahu bahwa sejumlah pimpinan Partai Demokrat haqqul yakin saya akan jadi tersangka. Ini tentu sebuah rekayasa” katanya.
Anas mengatakan, ini tak bisa lepas dari bocornya sprindik. Yakni satu rangkaian peristiwa yang utuh dan sangat erat dengan upaya elit dalam Demokrat untuk menjatuhkannya.
“Itulah faktanya, itu rangkaian kejadiannya. Tidak butuh pencermatan yang terlalu canggih. Bahkan masyarakat umum bisa mencermati itu,” ucap dia lagi.
Dia menjelaskan lagi, kalau ditarik jauh ke belakang ini terkait kongres Partai Demokrat. “Intinya, ibarat bayi yg lahir, Anas adalah bayi yang lahir tidak diharapkan.Rangkaian itu saya alami jadi peristiwa politik dan bagian hidup saya,” kata dia.
Ketika Anas memutuskan terjun ke dunia politik, dirinya sadar betul politik kadang-kadang keras dan kasar. “Dalam politik tidak sulit mencari intrik, fitnah dan kekerasan,” isak Anas.
Pertanyaan yang juga menarik dari dari Anas adalah bahwa kasus yang menimpanya bukanlah akhir dari perjalan kariernya. Bahkan Anas menegaskan kasus ini adalah awal. Baru halaman pertama yang akan ada lagi halaman berikutnya.
Pernyataan ini ditafsirkan sebagai bentuk perlawanan Anas terhadap perlakukan kepada dirinya. (aby)