SUMENEP – Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sumenep menyiapkan 100 ton beras untuk dibagikan kepada 3500 nelayan setempat yang akhir-akhir ini tidak bisa melaut karena cuaca kembali ekstrem.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sumenep Moh Jakfar mengatakan, di Sumenep ada sekitar 40 ribu lebih nelayan yang mengantungkan hidupnya pada laut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan ketika tidak melaut mereka menganggur.
”Jadi bantuan beras ini sebagai bentuk kepedulian pemerintah daerah kepada para nelayan karena tidak melaut ketika cuaca ekstrem,” ujarnya, Kamis (20/2).
Jakfar menjelaskan, pada saat cuaca ekstrem nelayan membutuhkan bantuan karena tidak bisa melaut, dan sangat wajar untuk mendapatkan bantuankarena kebutuhan setiap harinya. “Sehingga sangat pantas untuk mendapatkan bantuan beras agar bisa meringankan beban mereka, meskipun takaranya disesuaikan dengan beras yang ada,” ujarnya.
Dalam memberikan bantuan, pihanya memperioritaskan nelayan kurang mampu. “Untuk kartu nelayan yang sudah dikeluarkan oleh Kementerian Kelautan yang di Sumenep baru ada sekitar 3500 nelayan, ini yang kita prioritaskan,” jelasnya.
Sementara salah seorang nelayan asal Pulau Keramaian, Masalembu, Jailani, berharap, bantuan beras untuk nelayan tersebut bisa diberikan tepat waktu, yaitu saat nelayan benar-benar membutuhkan. “Semoga tepat sasaran, dan kita harapkan juga tepat waktu,” harapnya.
Tidak Melaut
Hingga, kemarin (21/2) kegiatan nelayan di Kecamatan Dungkek lumpuh total dan puluhan kapal disandarkan karena ombak masih cukup tinggi. “Iya, puluhan kapal tidak melaut karena cuaca kembali buruk, dan kondisi sudah dua hari melanda,” kata Ketua Komunitas Nelayan Dungkek, Abd Salam, Kamis (21/2).
Namun, menurutnya ada sebagian nelayan yang tetap memaksa melaut sekalipun ketinggian ombak mencapai dua meter. “10 kapal yang saat ini masih berada di laut, tetapi mereka juga memilih untuk berlabuh di pulau–pulau kecil ketika gelombang laut kian meninggi,” katanya.
Ia menjelaskan, situasi seperti sekarang sangat mempengaruhi kelacaran pendapatan nelayan yang diperoleh dari menangkap ikan. Padahal, mereka menggantungkan hidupnya pada aktivitas nelayan. “Bayangkan jika aktivitas itu menjadi terhenti, banyak para nelayan pendapatannya menurun,” katanya.
Aktivitas nelayan juga terlihat lumpuh di Pulau Sapeken. Menurut Ahmad, angin tetap kencang, tapi tidak sekencang hari sebelumnya. “Sehingga, ada nelayan yang berani melaut,” katanya . (sai/sym/mk)