BANGKALAN – Pengamat sekaligus praktisi IT Aunur Rofik mengeluhkan maraknya bisnis virus teknologi informasi beberapa bulan terahir ini. Karena itu, Rofik menyarankan agar semua pengguna teknologi informasi yang berbasis komputer selalu berhati-hati dengan ancaman virus tersebut. “Kita harus sangat hati-hati memperlakukan sistem yang sudah terserang virus,” ujar Aunur Rofik.
Mungkin virus adalah spesimen yang sampai saat ini dianggap musuh terbesar manusia dalam dunia Informasi Teknologi (IT). Berapa banyak software yang habis atau rusak akibat software perusak ini. Atau berapa banyak data perbankkan dan intellijen yang dihabisinya.Dunia kedokteran mengenal virus sebagai penyebab penyakit yang belum ada obatnya. Obat pembasmi virus pada dasarnya hanya membuat antibodi tubuh meningkat. Karena hanya antibodi saja yang mampu membunuh virus itu sendiri. Jadi virus merupakan sesuatu yang tercipta dari dalam tubuh sendiri dan hanya kekebalan tubuh yang mampu membunuhnya. Tak terkecuali dengan sifat software virus yang diciptakan para hacker.
Mempelajari kelemahan OS (Operating System), untuk selanjutnya mengubah kode-kode binari yang ada menjadi kode-kode destroyer (perusak). Rata-rata antivirus yang diciptakan kemudian hanya merekomendasikan delete virus. Jarang sekali antivirus yang meski dibekali rekomendasi repair (perbaikan) sistem yang berhasil melakukan langkah ini (perbaikan).
Akibatnya, kata Rofik, keseimbangan sistem operasi akibat serangan virus baru tiap hari yang masuk melalui jalur internet dan menembus tembok firewall yang memproteksi sistem menjadi sangat terganggu. Namun yang saat ini menjadi pertanyaan besar dengan perkembangan dan pertumbuhan aneka jenis virus ini adalah siapa yang paling diuntungkan dalam kondisi ini. Tentu perusahaan pembuat software antivirus yang sangat diuntungkan.
Software antivirus dibuat dan dijual secara original. Harga software original ini relatif mahal. Biasanya software ini branding (include) dengan penjualan hardware semacam laptop, netbook atau personal computer (PC). Jadi konsep ini semakin mempermudah perusahaan pemproduksi software antivirus untuk ekspansi pasar Internasional.
Mereka tidak lagi susah-susah mempromosikan produk jualannya ke pasar penikmat IT. Namun cukup teken kontrak dengan perusahaan pemroduksi software OS semisal Windows atau sejenisnya.
Awalnya, virus yang diciptakan pertama kali sejak tahun 1949 ini ditujukan untuk menghancurkan data-data intellijen musuh saja. Jhon Von Newman, penemu komputer pertama mengungkapkan bahwa sejak dibuatnya piranti lunak olehnya maka sejak itu pula varian virus berkembang biak.
Fred Cohen sang kreator virus “pakistan” menyerang data AT & T, laboratorium IT di lembah silikon. Selanjutnya varian virus ini berkembang seiring dengan perkembangan teknologi yang demikian pesat. Bahkan virus menjadi “mutant”. Bahkan virus mutant ini berekses “jahat” dengan didesain untuk merusak hardware.
Di Indonesia sendiri, virus masuk pada tahun 1988. Jenis yang masuk ke tanah air kala itu adalah virus kelas TK (Taman Kanak-kanak) yang dibuat secara kompiler (dengan bahasa pemrograman assembler). Cara mengatasinya sangat mudah. Cukup dengan menggunakan DOS (Disk Operating System). Namun virus yang benar-benar complicated yang masuk ke Indonesia mulai tahun 2000 lalu. Bisnis antivirus pun merebak luar biasa. Bahkan saat ini pemilik komputer-komputer baru sepertinya mewajibkan software pembasmi virus ini ada dalam software mereka. (dit/rah)