PAMEKASAN- Ratusan pelajar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Pamekasan, yang mengikuti unjukrasa menentang mutasi guru oleh Kepala Kementerian Agama (Kemenag) Pamekasan, Nurmaluddin, pada Jumat (10/5) lalu, diisukan tidak akan diluluskan.
Ancaman itu diterima melalui informasi yang diterima sejumlah guru dan siswa di madrasah tingkat atas negeri itu dari karyawan Kemenag Pamekasan pasca terjadinya unjukrasa yang melumpuhkan aktivitas sekolah.
Seorang guru yang meminta namanya tidak ditulis mengaku beberapa kali menerima keluhan dari sejumlah siswa kelas 9 MAN Pamekasan, tentang adanya ancaman yang dilakukan oleh Kepala Seksi Mapenda Kemenag Pamekasan, Juhairiyah. Hampir semua siswa kelas akhir mengaku kawatir dengan ancaman itu hingga mereka enggan untuk kembali ikut dalam aksi unjukrasa.
Aksi demostrasi yang dilakukan oleh siswa-siswi MAN pamekasan tersebut berlangsung secara bergelombang mulai dari aksi mogok belajar hingga aksi turun ke jalan di Depan Kantor Kemenag Pamekasan.
Bahkan dalam salah satu unjukrasa salah seorang guru sempat tidak sadarkan diri. Mereka menuntut Kepala Kemenag setempat, Nurmaluddin, mencabut Surat Keputusan (SK) mutasi yang ditanda tanganinya dan membatalkan kebijakan itu.
Alasannya, karena guru-guru yang dimutasi dinilai memiliki peran bagi sekolah. Selain itu, mutasi yang dilakukan juga berdampak pada kegiatan belajar mengajar. Versi siswa, sejak mutasi dilakukan mereka dirugikan karena banyak pelajaran yang ketinggalan.
Salah satu guru yang di mutasi, Taufik Yani, dinilai sebagai guru yang berjasa dalam pengembangan MAN Pamekasan.
Sejauh ini belum diperoleh konfirmasi dari Kepala Mapenda, Juhairiyah, tentang kebenaran ancaman tersebut. Beberapa kali nomornya dihubungi tidak berhasil.
Wakil Ketua Komisi D, Juhaini, mengatakan ancaman itu memang benar, merupakan langkah mundur bagi upaya pendewasaan siswa. Sebab, cara tersebut tidak membri contoh yang baik untuk penyelesaian masalah.
Juhaini mengatakan, meskipun aksi unjukrasa yang melibatkan siswa juga kurang dibenarkan, namun menghadapi dengan ancaman juga merupakan langkah yang juga kurang bisa diterima.
“Seharusnya, beri contoh yang baik cara menghadapi masalah agar para siswa juga tidak terbebani,” katanya. (awa/muj)