SUMENEP— Banyaknya sekolah dasar yang tidak memiliki siswa akan dikaji ulang dan disesuaikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.15 Tahun 2010 tentang Standar Minimal Siswa SD dalam Perkelas. Dalam standar itu, minimal ada 32 siswa perkelas. Namun, karena disesuaikan dengan sarana prasarana, kemudian dinaikkan menjadi 40 siswa dalam satu ruang.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Pendidikan Sumenep A. Shadik. Ia menyebutkan, aturan dinaikkannya siswa dalam perkelas menjadi 40 siswa merupakan kewenangan pemerintah daerah melihat sarana prasarana yang sudah ada pada sekolah tersebut. “Apabila prasarana mencukupi dan sekolah tersebut kekurangan murid akan didatangkan dari sekolah lainnya yang secara geografis berdekatan dan nasibnya juga sama-sama kekurangan murid,” ucapnya.
Tetapi jika tuntutan regroping tersebut tidak menguntungkan siswa karena letak sekolah yang digruping berjauhan, sekolah lama akan tetap dipertahankan walaupun muridnya tidak sesuai dengan standar minimal dan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010. “Terus kemana siswa tersebut mau sekolah jika sekolah barunya itu sangat jauh,” paparnya, Senin (6/5).
Sementara untuk SD Dungkek II, pihaknya akan turun langsung kelapangan guna memastikan rencana regrouping sekolah tersebut. Alasan dilakukannya regrouping untuk sekolah SD Dungkek II karena efektivitas dana dan sekolah. Sebab jika sekolah tersebut, tidak memenuhi syarat kelayakan minimal dan perlu diregrouping tetap merugikan kepada pemerintah dari sisi penyelenggaraan pendidikan.
Selain merugikan kepada pemerintah tentunya juga merugikan siswa sekolah setempat karena sekolah sudah tidak kondusif untuk mendukung kegiatan belajar mengajar.
Rencana dilakukannya renggrouping tersebut melibatkan semua pihak dari pemerintah, meliputi pihak dikdas dari dinas pendidikan, pemerintah daerah, kepala desa dan unsur masyarakat maupun guru sekolah. Sedangkan guru sekolah yang sekolahnya sudah digrouping akan dimasukkan kepada sekolah yang kekurangan guru.
Syarat sekolah yang akan diregrouping, selain karena kurangnya siswa juga satu halaman. Meskipun siswanya banyak tapi jadi satu halaman akan digrouping. Ia mencontohkan sekolah yang sudah diregrouping karena satu halaman seperti SD Bangselok satu dua dan tiga. Sekolah tersebut, sudah digrouping menjadi sekolah SD Bangselok Satu.
Ia menambahkan, banyaknya sekolah SD yang kekurangan siswa karena diakibatkan menjamurnya sekolah-sekolah swasta. Hal tersebut diakibatkan karena kurangnya perhatian para guru sekolah dasar yang tidak berdiam ditempat tersebut sehingga kurang diapresiasi oleh masyarakat setempat. “Mau bagaimana lagi, para guru SD itu mengajaranya dengan cara sorogan dan tidak berdiam ditempat,”tukasnya. (athink/mk)