JAKARTA-Pengamat ekonomi Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia, Salamudin Daeng mengatakan tingginya utang luar negeri pemerintah dan swasta, serta tingginya beban utang dan cicilan utang sudah sangat mengkhawatirkan. Beban utang ini bisa menjadi pemicu ambruknya ekonomi Indonesia. “Saya kira, posisi utang kita membahayakan dan bisa membuat kita bangkrut kalau tidak ada langkah radikal mengurangi utang,” kata Salamuddin di Jakarta, Minggu (5/5).
Berdasarkan catatan Daeng, posisi utang luar negeri pemerintah dan swasta sampai 2013 ini sebesar 251,200 juta dollar AS atau sekitar 2.400 trilun rupiah.
Sementara, bunga utang dan cicilan utang pokok yang harus ditanggung oleh pemerintah dan swasta dalam periode yang sama mencapai 169,118 juta dollar AS atau sekitar 1.620 trilun rupiah.
Padahal, lanjut Daeng, pertambahan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia antara tahun 2011 – 2012 hanya sebesar 819 triliun rupiah.
Hal ini menunjukkan, pendapatan dihasilkan oleh bangsa ini telah habis diserahkan kepada asing. Selain itu, Cadangan Devisa RI yang diklaim BI turun Menjadi 104,8 miliar dollar AS, sesungguhnya telah hilang. “Maka dengan demikian seluruh hasil yang diperoleh dari ekonomi Indonesia yang tercermin dalam PDB, telah habis seluruhnya untuk membayar bunga utang dan cicilan utang pokok,” papar dia.
Senada dengan Daeng, Direktur Koalisi Anti Utang (KAU) menilai perjanjian-perjanjian utang juga menyebabkan perampasan kekayaan alam oleh asing. Saat ini 80 persen produksi migas nasional didominasi oleh perusahaan asing. Alhasil, selain dominasi modal asing dalam perekonomian nasional, 60 tahun pembangunan yang dibimbing utang hanya menghasilkan 150 orang terkaya di Indonesia.
Di sisi lain, kata dia transaksi utang telah menyebabkan negara-negara di Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang menjadi semakin kaya. Perjanjian utang telah memberikan fasilitas bagi perusahaan-perusahaan asing dari negara-negara tersebut mengontrol perekonomian Indonesia. “Menguasai kontrak-kontrak karya pertambangan,
mengoperasikan jutaan hektar lahan-lahan perkebunan besar dan mengontrol sektor-sektor publik yang penting bagi rakyat,” jelas dia.
Dia menambahkan, transfer kekayaan juga terjadi lewat pembayaran cicilan pokok dan bunga utang yang sangat besar setiap tahun dari Indonesia.Ditambah dengan kecurangan-kecurangan yang dilakukan pihak kreditor dengan meninggikan biaya utang. “Jumlah yang sangat besar bagi pembiayaan pembangunan di Indonesia.Jumlah itu cukup untuk mendirikan ribuan bangunan sekolah di seluruh Indonesia dan menggratiskan biaya pendidikan. Membangun rumah sakit, memberi makan rakyat miskin, membangun perumahan rakyat, membiayai program mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, membuka lapangan kerja di pedesaan, dan membangun infrastruktur dasar yang menghidupi ekonomi di daerah,” jelas dia.
Tetapi yang terjadi justeru sebaliknya. Semakin banyak utang baru masuk, beban pembayaran utang semakin besar. Rakyat Indonesia pun menjadi semakin miskin. 49 persen rakyat Indonesia hidup miskin dengan penghasilan di bawah 1 dollar AS perhari. 9,43 juta orang masih menganggur. 11,7 juta anak indonesia di 33 provinsi putus sekolah. Dan jutaaan keluarga masih belum memiliki tempat tinggal yang layak dan sehat. (gam)