PROBOLINGGO – Karakteristik masyarakat pemilih di Kabupaten Probolinggo masih fleksibel. Akibatnya, setiap orang belum memiliki pilihan yang cocok untuk dijadikan pemimpin.
Perilaku masyarakat dalam menentukan pilihan politiknya semakin banyak pertimbangan pragmatis, bukan lagi berdasarkan kedekatan ideologinya dengan partai.
“Delapan puluh persen pemilih di Kabupaten Probolinggo, pragmatis, bukan kekuatan idiologis, pada Pemilu 2014 nanti. Hingga kini masyarakat belum memiliki pilihan yang pasti, setiap saat masih dapat berubah,”ujar Hasan Aminuddin, Selaku Mustasyar NU Kabupaten Probolinggo, dihadapan 45 Caleg Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Rabu (12/6).
Menurut Hasan Aminuddin, kondisi itu menunjukkan bahwa ikatan ideologi pemilih dengan yang dipilih tak lagi paralel. Pertimbangan pragmatisnya lebih dominan. Bahkan, pemilih pragmatis itu kelak menangih atas janji-janji politiknya para calon yang didukungnya.
Ia menambahkan, pilihan masyarakat masih ditentukan oleh partai-partai yang dapat menjanjikan masa depan yang lebih baik dari sisi keamanan dan kesejahteraan. Partai mana yang calon pemimpinnya dapat menghasilkan kondisi yang lebih baik dari sekarang, adalah partai yang dipilih dan dipercaya masyarakat.
“Memilih jadi Caleg itu sebuah pilihan. Pembelajaran politik harus dengan Akhlaqul Karimah. Kondisi sekarang Kabupaten Probolinggo berbeda dengan daerahg lainnya. Sudah lebih dewasa, jika disbanding Situbondo dan Lumajang,”tandas Hasan Aminuddin.
Demikian juga, soal pendekatan pada pemilih dan konstituen. Hasan Aminuddin bercerita tentang potret pemilih. Tahun 1999 pemilih mengedepankan idiologi partai, dan 2009 karena situasi dan kondisi, lebih pada lemahnya pemilih menjadi pragmagtis.
“Penyebab utama, masyarakat pemilih karena perilaku anggota dewan. Dimana banyak anggota dewan karena disibukan kegiatan sendiri, ingin kaya selama lima tahun,”terangnya.
Oleh karena itu, ia berharap sosialisasi yang dilakukan oleh setiap partai maupun calon sangat penting. Sebab, masyarakat akan mengenal siapa yang dipilihnya dari sosialisasi tersebut. “Ukurannya adalah dikenal dulu, dipahami perjuangannya, baru dipilih masyarakat,”pungkas Hasan Aminuddin.(hud).