BOJONEGORO – Dinas Pertanian (Diperta) Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, menyebutkan adanya pembukaan sawah baru di kawasan hutan seluas sekitar 15.000 hektar sehingga berkurangnya sawah baku 660 hektar tidak mengganggu produksi padi daerah itu.
“Masyarakat di sekitar kawasan hutan saat ini mulai ikut menanam padi di lahan hutan. Produksi padinya tidak hanya mengganti produksi padi yang hilang akibat berkurangnya sawah baku tapi juga menambah produksi padi,” kata Kepala Diperta Bojonegoro Subekti di Bojonegoro, Rabu.
Ia juga menjelaskan berfungsinya lahan sawah baru itu karena keberadaan Bendung Gerak Bengawan Solo yang mampu mengairi sawah seluas 5.000 hektar di sejumlah kecamatan, antara lain di Kecamatan Kalitidu, Dander, dan Kedewan.
“Berfungsinya Bendung Gerak juga ikut memberikan andil produksi padi sebab petani di daerah setempat yang biasanya menanam padi hanya sekali sekarang bisa dua kali,” jelasnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan daerahnya selalu memperoleh target produksi padi berkisar 700.000-750.000 ton gabah kering sawah (GKS) per tahunnya. “Target produksi padi setiap tahun itu bisa tercapai bahkan kadang terlampaui,” katanya.
Subekti mencontohkan target produksi padi 2013 ditetapkan sebesar 750.000 ton GKS sudah tercapai sebanyak 390.000 ton GKS dari tanaman padi seluas 66 ribu hektar yang ditanam pada Januari-April 2013.
“Pada saat ini juga ada tanaman sekitar 70.000 hektar yang baru akan panen sehingga untuk mencapai target produksi itu tidak sulit,” katanya.
Menurut dia, target produksi padi di daerahnya selalu bertumpu dengan sawah irigasi teknis yang memperoleh air irigasi Waduk Pacal yang luasnya mencapai 16.000 hektar. Waduk Pacal mengairi sawah di sejumlah kecamatan, antara lain Kecamatan Kapas, Sukosewu, Balen, Sumberrejo, Kanor, dan kecamatan lainnya sehingga selalu bisa panen dua kali.
Selain itu, lanjutnya, sawah di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo mulai Kecamatan Margomulyo di wilayah barat sampai di Kecamatan Balen, Kanor dan Baureno di wilayah timur yang luasnya sekitar 15.000 hektar juga panen dua kali.
“Berkembangnya Bojonegoro menjadi kawasan industri migas tidak akan mengganggu produksi padi. Meskipun ada sawah baku yang berubah fungsi sehingga luas seluruhnya berkurang,” ujar Subekti. (ant/rah)