SUMENEP – Pemerintah Kabupaten Sumenep masih kurang peduli dan menghargai proses penciptaan kesenian dan menumbuh-kembangkan nalar kreatif pada sejumlah siswa. Pelaksanaan Pekan Seni Pelajar (PSP) tahun ini biasanya diawali dengan seleksi dan pembinaan kurang mendapat perhatian pemerintah.
Dinas Pendidikan kurang koperatif terhadap terwujudnya gagasan penciptaan kesenian. Sebab setiap ajang perlombaan PSP yang dilakukan, biaya pembinaan dan keproduksian selalu tidak pernah jelas .
Pengrawit Musik SD Fathorraman bercerita, sampai saat ini biaya produksi belum dicairkan oleh Dinas Pendidikan. Padahal, pelaksanaannya sudah selesai. “Saya tidak percaya pemerintah, tidak punya duit untuk membayar kami. Padahal, pelaksanaannya sudah lewat,” paparnya, Rabu (19/6).
Untuk tahun-tahun yang akan datang, pengiriman PSP untuk Kabupaten Sumenep, menurutnya, tidak akan mencapai hasil maksimal sebelum dinas terkait melakukan evaluasi dan ada niat sungguh-sungguh untuk merangsang potensi kreatif siswa-siswi sekolah yang ada di Sumenep.
Dia menambahkan, di daerah-daerah lain pemerintah tidak pernah mengebiri kerja-kerja kreatif, bahkan difasilitasi dengan serius mulai dari proses seleksi siswa yang akan dikirim dari semua sekolah, termasuk seniman penggarap yang profesional.
“Wah itu pekerjaan besar, Mas, saya tetap tidak optimis siswa yang terlibat dalam PSP akan sumbangkan yang baik bagi Sumenep. Jika hal kecil saja Dinas Pendidikan tidak bisa mengurusi, apalagi yang seperti itu,” ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Pengrawit Tari tingkat SMA Suryono. Dia mengatakan, dirinya sudah membayar lebih dulu semua kebutuhan produksi, dari awal pembinaan selama enam bulan lamanya. “Uang konsumsi, beli rokok pengrawit selama latihan saya yang bayar lebih dulu. Saya hitung sudah habis empat jutaan, Mas,” tukasnya.
Biaya produksi, menurutnya, memang besar, sebab dirinya harus melibatkan seniman murni, seperti perias make up, penabuh gamelan, menyewa kostum para penari, penata setting, juga membeli kebutuhan properti dan handprope.
Dia tahu, Dinas Pendidikan, tidak akan mengganti uang produksi tersebut sebanyak itu. Tetapi karena perhatiannya untuk menumbuhkan kreativitas dan seni di kalangan pelajar, dia harus melakukannya.
“Saya berharap Dinas Pendidikan membayar penuh uang produksi ini, sebab saya melibatkan seniman murni yang sehari-harinya juga bekerja sebagai petani. Mereka bukan orang kantoran yang biasa dibayar setelah habis pertunjukan,” tukasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Sumenep, A Shadik, mengatakan, pelaksanaan PSP dilaksanakan di Balai Kota Surabaya, sejak tanggal 15 sampai 18 Juni. Sedangkan jumlah kontingen untuk PSP tahun sekarang semuanya ada 214 orang. Masing-masing kontingen yang diikuti, seni tari dari tingkat SD sampai SMA 53 orang dengan pengrawitnya. Kemudian untuk jenjang yang sama, teater juga 51 orang, tetembangan 51 orang, puisi 15 orang dan pawai budaya 32 orang.
Dia mengatakan, bahwa soal biaya keproduksian, secara prosedural bukan kewenangannya sebab secara teknis hal tersebut langsung dipasrahkan kepada bidangnya.”Saya tidak tahu soal uang produksi itu, coba dicek langsung kepada bidangnya,”ungkapnya. (athink/mk)