TULUNGAGUNG – Delapan imigran asal Iran yang ditemukan terdampar di lepas Pantai Sine, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, diyakini sebagai pelarian dari tempat penampungan UNHCR, lembaga perwakilan PBB yang mengurusi masalah pengungsi di Cisarua, Bogor, Jawa Barat.
Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Kantor Imigrasi Klas II Blitar, Muhammad Sungep mengatakan kesimpulan tersebut mengerucut berdasar keterangan para imigran tentang rute perjalanan mereka sebelum ditemukan terdampar.
“Keterangan itu kami cocokkan dengan bukti dokumen berupa lembaran sertifikat yang dikeluarkan UNHCR. Surat itu berisi keterangan bahwa mereka adalah pengungsi,” terangnya.
Tidak ada bukti dokumen lain ditemukan. Sungep memastikan status ke delapan imigran asal Iran yang terdiri dari dua keluarga tersebut ilegal, karena tak satupun yang bisa menunjukkan bukti buku visa, paspor, maupun izin tinggal di Indonesia ataupun negara tujuan lainnya.
“Tetapi untuk keluar dari penampungan seorang warga asing atau imigran harus mengantongi surat dirjen keimigrasian dan kepolisian. Selain itu juga surat keterangan dari UNHCR,” terang Sungep.
Dalam satu sesi wawancara menggunakan Bahasa Inggris yang tidak terlalu lancar, Hada Lavatse mengatakan bahwa mereka memang sebelumnya sempat singgah di Cisarua, Bogor sejak 1 Mei 2013.
Sebelumnya mereka berangkat dari negara asalnya, Iran, menuju Malaysia sebelum dilanjutkan ke Indonesia.
“Kami sedang dalam perjalanan kembali ke Cisarua sebelum akhirnya terdampar di sini,” begitu kurang lebih penjelasan Hada Lavatse dalam bahasa Inggris yang kaku.
Ia sebagaimana juga pengakuan suami dan temannya serombongan, menampik dikatakan hendak menyeberang ke Australia.
Sungep mengaku sudah menghubungi International Organization for Migration (IOM), dan menyatakan secepatnya akan meluncur ke kantor Imigrasi Blitar.
Selain itu, pihak Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) juga telah dikoordinasi. Menurut Sungep, kemungkinan besar delapan warga Iran tersebut akan dibawa ke Rudenim Sidoarjo.
“Sebab rudenim yang ada di Pasuruan telah penuh. Bagaimana selanjutnya yang melakukan kebijakan tergantung IOM, “jelasnya.
Sebelumnya, Selasa (16/7), delapan orang warga Iran ditemukan terkatung-katung di tengah perairan laut selatan Sine, Kabupaten Tulungagung.
Kapal yang mereka tumpangi bocor dan mesin mati. Warga asing ini sengaja ditinggal kabur oleh tiga awak kapal (ABK) yang teridentifikasi sebagai warga Madura.
Oleh nelayan setempat, ke delapan orang asing itu dievakuasi ke darat dan dibawa ke Mapolres Tulungagung.