JAKARTA-Inflasi sepanjang Juni 2013 diperkirakan mencapai 2 persen, sehingga inflasi secara year-on-year hingga Juni tahun ini akan menembus angka 7 persen. Kenaikan inflasi ini terutama dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang dilakukan pemerintah pada 21 Juni lalu.
Menurut Ekonom PT Bank Himpunan Saudara, Rully Nova, tekanan inflasi pada Juni 2013 berpotensi mencapai kisaran 2-2,5 persen, meski kebijakan menaikkan harga BBM dilakukan pada menjelang pekan terakhir bulan lalu. “Yang pasti inflasi Juni lebih tinggi dari bulan yang sama tahun lalu, karena sebulan sebelumnya sempat mengalami deflasi. Kenaikan harga BBM dampak langsungnya di bulan Juni ini sekitar 2-2,5 persen inflasinya,” kata Rully di Jakarta, Minggu (30/6).
Rully menegaskan, kendati kenaikan harga BBM dilakukan pemerintah menjelang akhir Juni, namun dampak kenaikan harga barang sudah langsung terasa sesaat pasca kenaikan harga. Bahkan, lanjut dia, beberapa saat sebelum kenaikan harga, ekspektasi pasar sudah mampu mendongkrak kenaikan harga sejumlah barang.
Dengan demikian, lanjut dia, ada akumulasi dari ekspektasi inflasi sejak pemerintah merencanakan kenaikan harga BBM dan usai rencana tersebut terealisasi. Rully berharap, pengumuman kenaikan harga BBM di pengujung bulan bisa menekan laju inflasi Juni di bawah 2 persen.
Namun, kata dia, mengingat kenaikan harga di pasar sudah terjadi sebelum ada nya kenaikan harga BBM, maka inflasi Juni mencapai di atas 2 persen berpotensi besar untuk terjadi.”Inflasi Juni year-on-year itu bisa di atas 7 persen atau di kisaran 7,1-7,2 persen. Di awal pengumuman BBM biasanya inflasi langsung naik, tetapi bisa diredam dua sampai tiga bulan. Kemudian inflasi akan normal,” paparnya.
Sebagaimana diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi Mei 2013 (yoy) sebesar 5,47 persen. Pagi ini (1/7) BPS mengagendakan untuk mengumumkan angka inflasi Juni 2013 di Gedung BPS Jakarta dan akan disiarkan secara teleconference ke seluruh Kantor BPS di daerah.
Lebih lanjut Rully menambahkan, diperkirakan penyumbang inflasi terbesar ada pada harga komoditas pangan yang dipengaruhi oleh melemahnya aktivitas distribusi. Selain itu, ada juga pengaruh dari kenaikan tarif angkutan umum akibat kenaikan harga BBM bersubsidi.
Inflasi Tinggi
Sementara itu, Kepala Pusat Studi Ekonomi Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony Prasetiantono mengatakan, perkiraan bakal tingginya inflasi Juni, karena dampak dari kombinasi kenaikan harga BBM dan momentum liburan sekolah. “Inflasi Juni saya perkirakan melebihi 1 persen. Mungkin sekitar 1,2 persen hingga 1,5 persen. Penyebabnya, kombinasi antara kenaikan harga BBM dengann momentum liburan anak sekolah,” kata Tony.
Selain kedua momen tersebut, kata Tony, kenaikan inflasi juga dikarenakan adanya kenaikan tarif angkutan yang dilakukan penyedia jasa transportasi, serta menjelang Ramadhan dan Lebaran juga umum terjadi kenaikan harga barang yang signifikan.
Di tempat terpisah, peneliti dari Institute of Development Economics for Finance (Indef), Eko Listiyanto menyebutkan, dampak dari kenaikan harga BBM belum akan berdampak padaa kenaikan inflasi Juni. Karena, kenaikan harga BBM itu dilakukan pada akhir bulan. “BBM kan naiknya tanggal 21 Juni. Jadi, sudah di akhir bulan. Kalau secara angka, inflasi masih di bawah 1 persen atau diperkirakan berkisar 0,6-0,7 persen. Pokoknya tidak jauh dari angka 0,5 persen,” kata Eko. (gam/bud)