SURABAYA – Angka inflasi di Jawa Timur selama Juli 2013 mencapai 2,96 persen karena sebagian besar kelompok pengeluaran mengalami kenaikan harga pada bulan tersebut.
Kepala Badan Pusat Statistik Jatim, M Sairi Hasbulllah, di Surabaya, Kamis (1/7), mengemukakan, kenaikan itu terlihat dari indeks harga pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa/keuangan sebesar 8,07 persen.
Kelompok lainnya, kelompok bahan makanan 5,75 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 1,25 persen, kelompok perumahan 0,50 persen dan kelompok kesehatan 0,41 persen.
Kondisi tersebut, menurut dia, dikontribusi oleh komoditas di antaranya bensin, bawang merah, angkutan dalam kota, dan daging ayam ras.
“Bahkan, cabai rawit, tomat sayur, angkutan antar kota, telur ayam ras, dan ikan bandeng ikut menyumbang terjadinya inflasi di Jatim,” katanya.
Dari tujuh kota di Jatim, kata dia, semua wilayah mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Sumenep sebesar 3,84 persen, Madiun dengan inflasi 3,60 persen, Malang 3,49 persen, Kediri 3,26 persen, Probolinggo 3,13 persen, Jember 3,09 persen dan inflasi terendah di Surabaya sebesar 2,67 persen.
Laju inflasi tahun kalender Januari-Juli 2013 di Jatim sebesar 6,03 persen, sedangkan laju inflasi “year on year/yoy” (Juli 2013 terhadap Juli 2012) mencapai 8,39 persen.
“Kalau dari enam provinsi di Pulau Jawa semua wilayah mengalami inflasi. Posisi inflasi tertinggi di Serang yakni sebesar 3,56 persen dan terendah di Yogyakarta dengan 2,58 persen,” katanya.
Sementara itu, dari 66 kota secara nasional maka seluruh area juga mengalami inflasi. Inflasi tertinggi di Ternate sebesar 6,04 persen, Sorong 5,09 persen, Kupang 4,98 persen, Kendari 4,85 persen, dan Palu 4,59 persen.
“Lima inflasi terendah di Singkawang 1,36 persen, Sibolga 1,71 persen, Banda Aceh 1,80 persen, Lhokseumawe 1,87 persen, dan Dumai 1,91 persen,” katanya. (ant/dik)