JAKARTA-Fraksi Partai Demokrat DPR benar-benar membersihkan loyalis mantan Ketua Umum Partai Demokrat (PD) Anas Urbaningrum dari kandang Demokrat. Beberapa posisi strategis yang ditempati geng Anas digantikan dengan orang baru. Misalnya, Saan Mustopa dan Gede Pasek yang masing-masing tak lagi menjabat sebagai Sekretaris Fraksi dan Ketua Komisi III. Ketua Komisi III diganti, politikus nyentrik PD Ruhut Sitompul. Di tingkat pimpinan fraksi, Saan Mustopa dicopot dari Sekretaris FPD digantikan oleh Rifki Harsyah. Rotasi ini juga ikut menggeser Benny Kabur Harman dan Gondo Radityo Gambiro . Kedua orang dekat Anas ini masing-masing diberhentikan dari jabatan Wakil Ketua Komisi VI dan Wakil Ketua Komisi VIII DPR. Dalam pengumuman rotasi yang disampaikan Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR Nurhayati Ali Assegaf, Rabu (18/9), Benny digantikan Azam Azman Natawijaya. Sementara Radityo digeser Mahrus Munir.
Pencopotan loyalis Anas ini memang terkait erat dengan ormas ormas Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI). Bahkan, Ketua Harian Partai Demokrat Syarief Hasan secara jelas menyebut alasan dibalik pencopotan para loyalis Anas ini. “Pergantian Pasek memang karena keterlibatan Pasek sebagai Sekjen PPI bentukan mantan Ketua Umum PD Anas Urbaningrum,” jelas dia.
Namun berbeda dengan Syarif Hasan, Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR, Nurhayati Ali Assegaf justru mengatakan, pencopotan ini bukan terkait tindakan Pasek yang hadir dalam deklarasi ormas PPI bentukan Anas Urbaningrum. Tetapi rotasi ini demi penyegaran dan kelancaran roda organisasi. “Tidak dikait-kaitkan dengan hal tersebut. Kan sudah dengar apa yang menjadi isu, memang kami belum menerima surat keputusan. Kami menerima keputusan tanggal 17 malam (kemarin), dan hari ini harus segera dilaksanakan,” kata Nurhayati di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (18/9).
Dia membenarkan jika kehadiran sejumlah politikus Demokrat di deklarasi PPI melanggar etik, ia juga akan memberikan sanksi atas hal tersebut. Namun, ia membantah jika rotasi ini adalah sanksi dari anggotanya yang hadir di deklarasi ormas besutan Anas itu. “Kalau misalkan demikian berkaitan dengan kehadiran, apa ada sanksi, iya, tapi bukan berarti sekarang, setelah diperingatkan masih begitu tidak, ini bukan sanksi ini bukan sanksi. Kalau misalnya memberikan iya kemarin panggil Gede Pasek saya tanyakan tapi ini bukan merupakan sanksi,” imbuhnya.
Karena itu, ia menegaskan jika pergantian ini dilakukan sebagai bentuk penyegaran dan tidak ada yang istimewa dengan hal tersebut. “Ini pergantian biasa, kalau orang mau menerjemahkan, silakan,” pungkasnya.(gam/cea/abd)