BANGKALAN – Penolakan atas pelaksanaan kontes kecantikan Miss World terus bermunculan. Setelah beberapa hari lalu, Forum Kajian Muslimah Madura di Pamekasan menolak kontes kecantikan tersebut, kini giliran Muslimat Hisbut Tahrir Indonesia (MHTI) Bangkalan yang melakukan penolakan Miss World 2013 tersebut.
Ajang kontes kecantikan Miss Wold 2013 telah digelar di Bali. Ajang tersebut terus mendapat penolakan karena dinilai berlebihan mengekploitasi keindahan tubuh wanita.
Muslimat Hisbut Tahrir Indonesia (MHTI) Bangkalan mendatangi kantor Dewan setempat dan menyatakan sikap penolakannya secara tegas terhadap Miss World kali ini.
MHTI berpendapat penyelenggaraan Miss World wajib disikapi dengan bentuk penolakan. Sebab, kontes ini salah satu bentuk kapitalisasi terhadap tubuh perempuan dan perendahan martabat kaum hawa. Terlebih para perempuan hanya dinilai dengan ukuran promitif berupa kecantikan secara fisik dan memanfaatkannya demi mendongkrak pendapatan industri dunia fashion.
”Kami secara tegas menolak penyelenggaraan Miss World 2013 dan kapitalisasi tubuh perempuan. Hal ini jelas merendahkan martabat umat muslim,” tegas Nurul Huzaimah, Ketua DPD 2 MHTI Bangkalan.
Menurutnya, kontes kecantikan tertua di dunia ini telah mengilhami kontes-kontes kecantikan lainnya. Maka membiarkan penyelenggaraan Miss World sama halnya dengan melanggengkan penjualan tubuh perempuan dengan mengeksploitasi sedemikian rupa. Padahal mengumbar segala bentuk keindahan yang dimiliki kaum perempuan merupakan tindakan yang bertolak belakang dengan nilai-nilai moral kehidupan.
”Kami menuntut kepada pemerintah untuk mencabut izin pelaksanaan acara Miss World di Bali,” imbuhnya.
Pernyataan sikap sejumlah anggota MHTI Bangkalan ini dengan membubuhkan tanda tangan di atas kain putih sepanjang 13 meter yang dibentangkan di depan kantor Dewan setempat.
Diselengarakannya Miss World di Indonesia, kata Nurul, merupakan penghinaan terhadap umat islam. Sebab, dengan terang-terangan telah menggiring opini dunia bahwa Indonesia yang menjadi negara yang mayoritas beragama islam ini telah menjadi kiblat eksploitasi perempuan dan budaya liberal.
”Padahal saat ini, umat islam sedang giat untuk menolak segala bentuk liberalisme yang hanya menghasilkan kerusakan bagi bangsa,” tandasnya.
Sementara itu, menanggapi peryataan sikap penolakan MHTI terhadap Miss World, anggota Komisi D DRPD Bangkalan Ismail Hasan mengapresiasi penolakan tersebut. Ia memandang aksi tersebut sebagai gerakan moral untuk menentang kontes yang tidak sesuai dengan budaya yang berkembang di Indonesia.
”Penolakan ini dapat memberikan sebuah gambaran kepada pemerintah pusat bahwa ajang kecantikan tersebut tidak bisa diterima oleh seluruh masyarakat Indonesia,” ujar politisi Partai Demokrat ini.
Sekalipun tujuan Miss World sebagai ajang promosi wisata dan budaya, lanjut Ismail, seharusnya dapat dikemas dalam bentuk yang lain tentunya dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Sehingga semua akan mendukung secara arif dan bijaksana. (dn/rah)