PROBOLINGGO – Petani tembakau kerap rugi dalam menanam tembakau. Keuntungan yang mereka dapatkan seringkali jauh dari impian. Selain ancaman cuaca yang menurunkan kualitas tembakau, harga jual juga tidak bisa ditentukan petani yang memproduksi.
Belum lagi, akibat cuaca yang masih belum menentu, para petani di daerah sentra tembakau lebih memilih menanam jagung, yang tidak beresiko gagal panen. Hal itu karena masih adanya hujan di musim kemarau, tanaman tembakau akan mudah rusak. Para petani khawatir mereka akan gagal panen jika memaksakan tetap menanam tembakau.
Sakoni (45), petani asal Desa Jambangan Kecamatan Besuk Kabupaten Probolinggo mengatakan, dirinya memilih untuk menanam jagung daripada tembakau. Meski diakuinya keuntungan menanam jagung lebih kecil, namun jagung tidak banyak mengandung resiko kegagalan dibanding tembakau.
“Jika masih ada hujan, tanaman tembakau bisa rusak. Meski kadang bisa panen, namun harga jualnya sangat rendah. Saya tetap berharap jagung yang saya tanam ini membuahkan hasil yang sempurna, ketimbang saya harus memikirkan tanaman yang rusak gara-gara cuaca,,”ujarnya kepada wartawan, Selasa (23/9).
Menurutnya, lahan yang dimilkinya seluas 1 hektare itu memang sengaja ditanami jagung, karena menurutnya pada tahun ini hasil panen jagung lebih memuaskan dari pada tanaman lainnya, dan 15 hari lagi jagungnya akan dipanen.
”Saya mengikuti arus cuaca, akalau cuaca seperti sekarang ini menurut saya lebih cocok tanam jagung. Kalau saya tanam tembakau, yang jelas saya sudah merasakan kerugian yang banyak,”papar Sakoni.
Meskipun panen jagung belum didapat, Sakoni mengaku, jagung yang ditanamnya sudah terlihat bagus dan tidak perlu dikhawatirkan. Disinggung tentang harga jagung sekarang, ia menyebutkan, harga jagung sekarang tidak terlalu tinggi, tapi bagi saya itu sudah harga yang bagus. “Harganya berkisar Rp 2.700 sampai Rp 2.900 untuk jagung pipil kering dengan Kadar Air 17%. Kalau dibanding dengan hasil tanam tembakau akibat cuaca yang tak menentu , saya yakin lebih besar hasil penjualan jagung. Harapan saya, mudah-mudahan harga jagung sekarang bisa naik lagi,” tuturnya.
Memahami Musim
Tak hanya Sakoni, yang banting setir menanam jagung. Aris (35) petani tembakau yang bertahun-tahun menanam tembakau di wilayah Kecamatan Besuk Kabupaten Probolinggo, mengakui bahwa kecamatannya merupakan salah satu dari tujuh kecamatan sebagai sentra penghasil tembakau.
Namun karena curah hujan masih cukup tinggi, tidak banyak petani yang berani menanam tembakau. “Karena cuaca yang masih tidak menentu, susah untuk ditanami tembakau. Padahal jika berhasil, keuntungan tembakau cukup tinggi. Perkilonya bisa dijual hingga Rp 30 ribu,” tegasnya.
Bagi daerah yang kadar airnya rendah, seperti kecamatan bagian atas, para petaninya masih berani untuk menanam tembakau. Sementara di daerah bawah, banyak petani yang mengalihkan pola tanam ke jagung, padi atau kacang hijau.
“Menanam jagung lebih ekonomis, masih lebih rendah dibanding tembakau. Hanya saja jika memaksakan diri untuk menanam tembakau, petani akan mengalami kerugian saat turun hujan. Makanya, peluang ini saya manfaatkan sebaik-baiknya,”pungkas Aris.(hud).