BANGKALAN – Menjelang pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2014, Polres Bangkalan menggelar simulasi pengamanan unjuk rasa. Simulasi ini digelar untuk mengantisipasi terjadinya unjuk rasa besar-besaran dan potensi kerusuhan selama pemilu berlangsung. Dalam kegiatan ini sebanyak 466 personel kepolisian diturunkan dalam pengamanan.
Kapolres Bangkalan, AKP Sulistyono mengatakan simulasi ini merupakan rangkaian terakhir dari persiapan Sispam Kontijensi Pengamanan Pemilu 2104. Kegiatan tersebut merupakan tindakan antisipatif terhadap kemungkinan terjadi aksi anarkis dari massa pendukung yang dapat mengganggu kondusivitas dan keamanan masyarakat.
“Jadi dalam simulasi ini, massa itu seolah-olah tidak puas dengan hasil rekapitulasi perhitungan suara, karena memang kami setting terdapat kecurangan. Sehingga mereka menuntut agar dilakukan pemilihan ulang,” ungkapnya.
Dalam simulasi bertajuk Sispam Kota Kontijensi Pengamanan Pemilu 2014, massa melakukan aksi demonstrasi di depan kantor KPUD Bangkalan, mereka menuntut agar dilakukan penghitungan ulang terkait hasil rekapitulasi hasil pemilu. Sebab terindikasi terjadinya kecurangan. Unjuk rasa tersebut juga diwarnai aksi membakar ban sebagai bentuk protes atas ketidakpuasan mereka.
Ratusan massa itu diperankan oleh sebagian personel kepolisian yang dibantu masyarakat sipil setempat datang dari arah jalan Jokotole, Pemuda Kaffa, dan Jalan Kapten Syafiri. Mereka mencoba menerobos masuk ke dalam kantor KPUD setempat. Namun usaha mereka gagal, karena pintu masuk telah dijaga ketat oleh petugas keamanan. Melihat mendapat panjagaan ketat dari kepolisiaan, massa semakin bringas.
Praktis, saling dorong antara pengunjuk rasa dan petugas keamanan tidak dapat dihindarkan. Bahkan massa melakukan perlawanan dengan melempari petugas dengan plastik yang berisi air. Keteganganpun mewarnai aksi unjuk rasa tersebut. Melihat massa semakin tak terkendali, petugas keamanan menambah personel untuk melakukan pengamanan berlapis lengkap dengan pentungan dan alat pengaman lainnya.
Tampaknya, upaya menambah personel semakin memancing amarah massa dan suasana pun makin ricuh. Hal itu dapat dilihat massa semakin bringas dengan mendorong petugas berusaha menerobos barisan brikade dan terus melempari dengan plastik serta botol berisi air. Petugas mulai kewalahan, untuk meredam amarah massa. Akhirnya dua mobil pemadam kebakaran dikerahkan untuk menyemprotkan air ke arah kerumunan massa.
Upaya petugas menyemprotkan air ke arah massa dapat dikatakan berhasil. Sebab massa mulai bercerai-berai akibat semprotan tersebut. Apalagi petugas juga merangsek menekan massa agar bubar dan tidak membuat kericuhan. Gelombang massa mulai kocar-kacir. Dan akhirnya dengan perlahan massa membubarkan diri kembali ke rumah masing-masing.