PROBOLINGGO – Mahalnya berbagai harga produk di pasar bebas membuat konsumen lebih memburu barang loakan. Apalagi harganya jauh dibawah standar di pasaran. Salah satunya, barang loak beragam jenis peralatan sepeda motor yang ada di Kota Probolinggo. Hampir setiap hari barang loakan itu diburu oleh pembeli.
Konsumen yang datang tidak hanya tingkat lokal, namun juga tidak sedikit pembeli yang berasal dari luar kota. “Karena harganya variatif,” ujar seorang pengusaha loakan asal Kota Probolinggo, Ahmad kepada wartawan, Kamis (20/2).
Dia menjelaskan, usaha loakan berbagai jenis peralatan motor miliknya tersebut tak pernah sepi dikunjungi pembeli. Bahkan, setiap hari pemilik UD Ahmad itu mengaku mendapatkan hasil sebesar Rp.3 juta sampai Rp.5 juta perhari.
Sejumlah pembeli saat dimintai komentarnya mengatakan, pembeli lebih memburu barang loakan karena harga barang peralatan motor di toko atau deller sangat mahal. Solusinya, banyak masyarakat cenderung memilih barang bekas. “Kalau beli yang baru sangat mahal. Lebih baik cari yang bekas saja,” ujar Misnamo.
Untuk mendapatkan barang loakan di UD Ahmad itu, pembeli tidak perlu repot-repot. Mereka cukup mencarinya sendiri, begitu cocok harga mereka langsung membayar.
Untuk mendapatkan barang bekas itu, Ahmad mengaku sudah ada yang mengantarnya. Dia kulak bukan berbentuk loakan, tetapi masih utuh sepeda motor. Kemudian motor-motor itu dijagal sebelum kemudian dijual kembali kepada pembeli. “Jadi awalnya masih motor utuh. Lalu kita jagal sesuai permintaan pasar,” katanya.
Motor yang dijagal itu, hampir semua jenis kendaraan ada. Mulai tahun 1986 sampai jenis motor yang baru. “Jenis motor yang kita jagal itu semua dokumennya lengkap. Termasuk STNK dan BPKB,” terang dia.
Tak heran, untuk menjagal motor-motor tersebut, ia membutuhkan sebanyak lima orang karyawan. Dengan lima orang karyawannya tersebut, setiap hari Ahmad harus mengeluarkan uang Rp.500 ribu untuk membayar mereka.
Lalu apa peralatan motor yang dijagal itu termasuk barang loakan? Menurut Ahmad, barang yang sudah rusak yang tidak bisa dipakai tetap dijual. Namun harganya berbeda. “Kalau barang seperti itu harganya perkilo. Karena sudah tidak bisa dipakai lagi,” katanya.