Perempuan Hebat di Balik Kesuksesan Said Abdullah
Siapa yang tidak kenal Said Abdullah, sosok lintas batas asli Sumenep, Madura. Sepak terjangnya di jagad nusantara ini sudah tak lagi diragukan. Banyak predikat pun dia sandang, sebagai sosok penggiat budaya, penggaga media, lintas batas, politikus andal, dan sosok yang peduli rakyat kecil. Kini, sosok nasionalis-marhanis tersebut dipercaya oleh partai kebanggaannya, PDI Perjuangan untuk kembali mencalonkan diri untuk ketiga kalinya sebagai anggota DPR RI.
Jika ditilik lebih jauh, sungguh luar biasa perjalanannya sebagai sosok yang populis asli orang Sumenep, Madura. Tak ada yang meragukan, dirinya benar-benar telah menjelma menjadi sosok yang layak disejajarkan dengan tokoh sekaliber Prof. A. Latief Wiyata, Mien Ahmat Rifa’ie, D. Zawawi Imron dan tokoh-tokoh Madura lain yang sukses meniti kariri di nun jauh sana.
Namun, kita pasti akan bertanya, kenapa sosok lintas batas tersebut dikenal di seantero jagad Madura, bahkan nasional. Pasti orang akan berpikir karena dia orang berpunya atau memang ditakdirkan sama Tuhan menjadi orang besar.
Secara kasat mata mungkin kita berpikir karena dia punya uang, atau karena dia punya guru, atau mungkin karena dia didamping oleh tim-tim yang hebat. Di satu sisi tidak disalahkan, tetapi kita tidak akan menyangka bahwa di balik kesuksesannya itu ada perempuan hebat. Ia adalah istri tercintanya, Ny. Khalida Ayu Winarti.
Kiranya ungkapan yang berbunyi “Di balik lelaki kuat, pasti ada perempuan hebat” benar adanya. Harus diakui oleh siapapun bahwa di balik sifatnya yang lemah lembut dan penyayang itu ternyata tersimpan kekuatan perempaun. Hal tersebut dapat ditemukan pada sosok perempuan pendamping setia Said Abdulah, Ny. Khalida Ayu WInarti. Sehingga kekuatan hebat yang berlaku pula dalam kehidupan seorang MH Said Abdullah. Dalam kariernya hingga saat ini memegang jabatan sebagai anggota DPR RI, Said Abdullah didukung sosok perempuan bernama Ny. Khalida Ayu Winarti.
Sungguh luar biasa pengorbanannya kepada sang suami, jika boleh membandingkan mungkin hampir sama dengan Sinta Nuriyah, istri mendiang Gus Dur yang dengan senang hati terus ada untuknya, baik sebagai istri Gus Dur saat jadi, Presiden, Kiai maupun orang biasa. Istri yang telah dikaruniai empat orang anak ini tetap setia mendampingi kesibukan suaminya. Ayu, begitu panggilan akrabnya, mengaku telah menanamkan sifat mandiri sejak kecil, karena dia tahu bahwa suami tercinta menjadi pelayan rakyat di negeri ini, sehingga harus betul-betul bisa membagi waktu dengan baik. “Kan setelah menikah seorang isteri juga berpikir bagaimana tidak selalu menggantungkan hidup kepada suami,” ucap ibu Ayu, yang kini juga ikut memikul tugas mendampingi Said Abdullah menyapa rakyat kecil ketika suaminya keliling ke beberapa desa di Madura.
Sosok perempuan kelahiran Cilacap, 2 Januari 1965 itu telah menemani Said Abdullah sejak suami tercintanya itu masih belum masuk pada ranah politik. Tahun 2003 merupakan kali pertama suaminya itu masuk ke politik untuk menjadi anggota DPR RI Komisi VIII dari partai berlambang moncong putih, PDI Perjuangan, yaitu periode 2004-2009. Pada tahun 2004 Said Abdullah terpilih sebagai anggota DPR RI mewakili Madura. Lima tahun kepemimpinannya, seolah Said Abduulah atau akrab disapa Buya belum puas rasanya memperjuangkan Madura, sehingga pada kontestasi politik selanjutnya, dirinya maju lagi tahun pada pileg 2009-2014, akhirnya Said Abdullah kembali terpilih lagi.
Said Abdullah pun berhasil menjadi anggota DPR RI mewakili etnis Madura di Parlemen. “Apapun kondisinya, saya sebagai isteri akan terus mendukung kemana dia akan berproses. Apalagi yang dilakukan dia adalah benar dan terbaik, yaitu untuk melayani rakyat. Jadi saya mendukung penuh dimanapun dan sampai kapanpun,” kata Bu Ayu kepada Koran Madura disela-sela ia mendampingi Said Abdullah keliling desa.
Ketika ditanya hal yang paling berkesan menjadi istri Said Abdullah, walaupun menjadi oranag sibuk, menurutnya dia bangga pada suaminya karena sesibuk apapun dia masih menyisikan waktu untuk keluarga walau hanya dua hari atau tiga hari, bahkan hanya satu atau dua jam ada di rumah. Tetapi menurut Ayu, suasana itu menjadi waktu yang paling tepat untuk berbagi rasa dan derita bersama suami bersama kempat anaknya, yaitu Kaisar Kiasa Kasih Said Putra(20), Lillahi Mas Bergas Da Marcil (16), Mas Azel Haq Sang Patriakh (12) dan Seta Zerlinda Saneta Sawiya (7).
Selebihnya, dia menuturkan bahwa Said Abdullah seringkali pulang tanpa waktu yang teratur, kadang satu minggu, kadang setengah bulan. Bahkan kerap pulang larut malam saat anak-anaknya sudah terlelap tidur.namun, meski demikian, ibu Ayu mengaku, kondisi seperti itu tidak menjadi penghalang untuk terus menjalin komunikasi dengan sang suami. “Kalau malam tidak sempat menjenguk putranya, dipastikan paginya pas sarapan pagi atau bangun tidur bapak mulai bercanda ria bersama anak-anak. Karena, selain dia orang yang sangat terbuka kok, dia juga sayang isteri dan anak, termasuk kadang sehari atau dua datang ke Jakarta demi anak-anak. Walaupun ketemunya cuma berapa jam,” katanya sembari tersenyum.
Sebagai istri orang yang dikenal dan sehari-harinya mengemban tugas Negara memang harus sabar dan kuat. Bahkan tak ada yang menggaransi suatu saat dirnya merasa bosan dan merasa ada yang kurang karena tanpa kehadiran suami yang secara full time ada untuk istri. Namun, hal itu tak berlaku untuk Ibu Ayu. Malah sebaliknya, saat dia pulang, dan Said dalam keadaan lelah, Ibu Ayulah yang terus menghibur. Bahkan ketika dia hendak berangkat kerja dialah yang menyiapkan segalanya, baik memprsiapkan baju, sepatu, dan apapun yang harus dibawa. “Jadi, semua perlengkapannya saya siapkan, karena saya tahu apa tugas istri,” ucapnya.
Tidak hanya itu, Ayu juga adalah orang yang selalu mengingatkan ketika Said Abdullah mau berangkat kerja. “Termasuk ada suasana canda tawa saat saya mengingatkan agar dia tidak lupa membawa kosmetik sebgai penahan panas. Termasuk vitamin, obat-obat ringan, dll,” imbuhnya.
Termasuk sang istri tercinta pun tahu apa resep saat suaminya itu lagi dalam keadaan stress “Gampang ketika bapak lagi stres atau banyak pikiran, saya suruh dia rileks supaya bisa memulihkan pikiran yang terlalu penat. Istilahnya istirahat, makan yang cukup, diajak ngobrol dan bersantai,” ujarnya
Jika masih belum mempan, ada trik, yaitu carikan tukang pijet, karena menurutnya kalau suda ada tukang pijet pasti rasa penat itu mulai hilang. “Kalau saya yang pijet sendiri suami saya itu tidak mau, katanya geli,” katanya .
Disinggung pengalaman yang paling berkesan saat mendampingi bapak, Ayu menutrukan bahwa pernah suatu ketika dirinya di telpon sama Pak Said, karena awalnya tak punya agenda, tiba-tiba diajak konvoi dari DPD sampai ke KPU. “Itu saya tidak ada agenda itu lo, tiba-tiba diajak konvoi, padahal saya baru dari bandara mau langsung ke Sumenep, ah, di tengah jalan tiba-tiba ditelpon. Belum lagi pada saat itu saya memakai sandal hak tinggi. Sakit banget rasanya, tapi mau gimana lagi, demi mendampingi suami,” ungkapnya tersenyum, Pak Said pun tersenyum juga saat mendampinginya.
Ibu Ayu juga menuturkan bahwa kalau dirinya lagi rindu setengah mati kepada sang uami, biasanya saat kepulangannya ke Jakarta, Ibu Ayu memanggilnya dengan sebutan “Say”. “Saya manggil bapak itu dengan panggilan say (sayang). Waktu itu sudah 10 hari saya tidak ketemu dengan bapak, bapak ada di Surabaya sedangkan saya ada di Jakarta,” katanya.
Melihat suaminya dicalonkan lagi menjadi anggota DPR RI, Ibu Ayu tak pernah merasa khawatir walaupun agak tambah sibuk. “Malah saya bangga ia selalu dipercaya oleh partai untuk selalu walaupun kadang harus siap menyimpan rindu,” akunya.