JAKARTA-Koalisi yang dibangun antar partai Islam dinilai hanya menjadi peramai Pemilu 2014. Sebab, pada dasarnya, masing-masing partai Islam sudah memiliki keputusan sendiri menjelang pemilihan presiden 9 Juli nanti. Mahalan belekangan tersiar khabar, koalisi poros Islam inipun retak alias layu sebelum berkembang.
Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro mencontohkan, PPP misalnya sudah berkoalisi dengan Partai Gerindra, PKB condong berkoalisi dengan PDI Perjuangan, dan PAN juga sudah mendekati Gerindra. “Tampaknya hanya PKS yang bersemangat membangun koalisi poros Islam,” ujar Siti saat dihubungi, Minggu (20/4).
Menurutnya, gagasan tentang poros Islam yang marak digulirkan belakangan ini lebih merupakan upaya untuk menyatukan perjuangan partai-partai tersebut agar menjadi lebih amanah. Namun, idealnya konsep baru itu perlu diwujudkan dengan mengacu pada teks dan konteks. Supaya koalisi Islam kali ini lebih membumi, bermanfaat bagi umat dan konkrit dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat yang diamanahkan konstitusi.
Dia menambahkan, koalisi partai Islam kemungkinan akan dimaksimalkan dalam pilpres mendatang. Dengan syarat setidaknya soliditas empat partai tetap terjaga dan tidak goyah. “Isu soliditas ini yang sulit dibuktikan oleh partai-partai Islam saat ini,” tegas Siti.
Secara terpisah, Ketua DPP PKB Marwan Jafar meragukan poros baru yang merupakan gabungan dari partai-partai berbasis umat Islam bisa terwujud. Saat ini masing-masing parpol sudah punya capres ataupun arah koalisi masing-masing sehingga sulit untuk disatukan. “Ragu-ragu poros baru, dalam realitas politik kalau ini keraguan itu ada, bahkan cenderung galau. Kalau galau, bisa saja bubar. PPP sudah koalisi duluan. PAN, PKS sudah punya calon. PKB juga punya calon. Untuk menyatukan ini kok sangat berat atau galau,” kata Marwan.
Marwan juga meragukan ketulusan parpol-parpol Islam bila nanti bersatu. Bisa saja persatuan itu hanya manuver demi kepentingan masing-masing partai. “Parpol Islam belum bisa bersatu. Apa ini sangat tulus untuk bangun bangsa atau tendangan pisang politik untuk dukung capres tertentu? Mudah-mudahan pertemuannya tulus ikhlas, tapi ada juga yang bilang ada agenda tertentu,” ujarnya.
Secara terpisah, Direktur Eksekutif Pol-Tracking Insitute, Hanta Yuda menilai gagasan tentang pembentukan poros partai-partai Islam sebagai hal yang sangat menarik. Namun, ia meyakini ide itu akan sulit terealisasi karena poros partai Islam yang disebut Koalisi Indonesia Raya pasti akan bergabung ke satu dari tiga poros yang sudah ada, yakni PDI Perjuangan, Golkar dan Gerindra. “Sejak hari pertama diumumkan quick count terbentuk tiga poros, yakni Jokowi dengan PDI Perjuangan, Prabowo dengan Gerindra, dan Ical (Aburizal Bakrie, red) dengan Golkar. Sampai hari ini peluang besarnya poros Islam bergabung dengan tiga poros itu,” kata Hanta.
Hanta menambahkan, partai Islam memang memiliki peluang untuk membentuk poros tersendiri di luar ketiga poros yang sudah ada. Namun, kata dia, peluang untuk menciptakan poros itu kecil.
Menurut Hanta, ada beberapa tantangan dalam membentuk poros partai Islam. Yang utama adalah harus ada figur kuat baik di internal dan eksternal. Kemudian harus ada figur yang menjadi jangkar komunikasi di antara partai-partai Islam.
Apabila nantinya poros itu terbentuk, Hanta mengusulkan partai-partai Islam bisa membentuk suatu konvensi. “Kalau bisa bergabung, bisa ada konvensi partai Islam,” tandasnya.