BANGKALAN – Sejumlah mahasiswa STKIP PGRI Bangkalan kembali menggelar aksi demonstrasi di halaman kampus, Rabu (16/6). Sebab tuntutan mereka untuk dilibatkan dalam pemilihan ketua PGRI pada aksi unjuk rasa beberapa waktu lalu tidak dipenuhi. Mereka menilai dalam pemilihan kali ini tidak ada keterbukaan dalam sidang senat.
Para demonstran menuding pemilihan yang akan dilakukan beberapa waktu ke depan ini, diintervensi dari pihak yayasan. Sehingga ada beberapa poin dalam statuta tahun 2010 yang sengaja dihilangkan tanpa melalui sidang senat. Dalam statuta tersebut, ada tiga elemen yang berhak mempunyai suara, yaitu senat, dosen, dan karyawan. Namun, secara tiba-tiba penitia penyelenggara menghilangkan hak dua elemen dosen dan karyawan.
“Kami mendesak panitia pelaksanaan pemilihan ketua dibubarkan. Sebab mekanisme yang dilakukan sudah menyalahi aturan,” teriak Kordinitor Aksi, Mahhud dalam orasinya.
Para demonstran tidak hanya melakukan orasi saja, namun juga membawa sejumlah poster yang bertuliskan kecaman dan kritikan. Salah satu tulisan pada poster tersebut yakni ”Tidak ada kejelasan dalam pemilihan ketua STKIP PGRI Bangkalan”. Mereka juga mengancam akan terus melakukan aksi unjuk rasa apabila tuntutan tidak dipenuhi.
“Jangan salah kami jika aksi ini terus berlanjut sampai tuntutan itu dipenuhi. Ini sebagai bentuk kepedulian terhadap nasib kampus kedepan,” ujarnya.
Aksi unjuk rasa tersebut, sempat diwarnai keributan antara mahasiswa dengan pihak kemanan kampus. Saling dorongpun terjadi saat mereka memaksa masuk untuk menemui ketua STKIP yang tak kunjung menggubris para pendemo. Mahasiswa tampak emosi saat petugas mengahalu dan mendorong mereka. Insiden saling dorong itu itu berulang kali terjadi.
“Jangan halangi kami, ketua STKIP harus menemui kami mendengar asparasi mahasiswa. Jangan paksa mahasiswa berbuat anarkis,” sergah Mahhud tampak emosi.
Sayangnya, ketua STKIP tak sedikitun merespon aksi unjuk rasa tersebut. Buktinya, setelah sekian lama mahasiswa berorasi secara bergantian dan memblokir pintu masuk kampus, ketua STKIP tetap enggan menemui mereka. Sikap ketua STKP itu, semakin membuat pendemo kecewa dan geram. Kekecewaan itu, diluapkan dengan membakar lembaran statuta 2010 yang dijadikan acuan dalam pemilihan.
Sementara itu, Ketua panitai pemilihan Ketua STKIP PGRI Bangkalan, Musta’in saat dikonfirmasi menyatakan apa yang menjadi tuntutan mahasiswa kali ini, sama dengan tuntutan sebelumnya. Sejatinya sama sekali tidak ada elemen yang dihilangkan dalan statuta itu. Sebab, dalam pemilihan ini sudah terwailiki dari unsur dosen dan karyawan.
“Sudah beberapi kali kami jelaskan kepada mahasiswa mengenai statuta itu. Berarti memang mahasiswa yang tidak paham statuta tersebut,” tandasnya.