SUMENEP– Wakil Bupati Sumenep Soengkono Sidik mengatakan sejarah pejuang penting untuk peringati. Peringatan hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia memiliki nilai filosofis. Namun, nilai-nilai luhur itu terkadang luntur oleh kehadiran hiburan yang berlebihan, saat melakukan perayaan kemerdekaan.
”Arti dari filosofi peringatan hari kemerdekaan bagi anak bangsa adalah bagaimana anak bangsa sekarang bisa merefleksikan gigihnya perjuangan para pejuang tempo dulu, dalam bentuk pemikiran dan tenaga untuk kemajuan bangsa dimasa yang akan datang,” katanya.
Menurutnya, para pejuang tempo dulu rela berkorban nyawa demi merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Tidak hanya itu, para pejuang juga merelakan harta bendanya, sebagai biaya perjuangan.
”Tidak apa-apa masyarakat merayakan kemerdekaan dengan suka cita dan menggelar berbagai hiburan, namun jangan sampai lupa akan makna kemerdekaan yang sebenarnya. Kita harus mengingat bagaimana para pejuang tempo dulu merebut kemerdekaan dari tangan penjajah,” bebernya.
Pihaknya berharap warga Sumenep mampu mereflisikan nilai perjuangan para pejuang tempo dulu, dalam bentuk sumbangan tenaga dan pemikiran untuk kemajuan bangsa di masa yang akan datang. Soengkono juga mengimbau para pemuda di Sumenep, agar bisa mengisi kemerdekaan dengan menyumbangkan pemikirannya demi kemajuan Sumenep.
”Kami optimis masyarakat Sumenep bisa bersatu padu dalam memajukan Sumenep, karena pejuang terdahulu kita mampu merebut kemerdekaan, lantaran mereka bisa bersatu padu,” pungkasnya.
Pingsan
Sedikitnya ada 20 siswa dari jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di lingkungan Sumenep, jatuh pingsan saat mengikuti upacara HUT kemerdekaan RI ke 69, yang digelar di halaman kantor Bupati Sumenep, Minggu (17/8).
Beberapa siswa yang pingsan, terpaksa harus dilarikan ke RSD dr H Moh Anwar Sumenep, sementara siswa yang kondisinya tidak mengkhawatirkan cukup ditangani tim medis yang siaga di lokasi upacara.
Puluhan siswa pingsan diduga karena upacara dimulai terlalu siang, sehingga mereka tidak tahan terhadap terik matahari. Selain itu, siswa yang mengalami pingsan juga diduga kuat, perut sedang kosong karena sebelum mengikuti upacara, mereka tidak sarapan terlebih dahulu.
Koordinator tim medis RSU Dr Moh Anwar Sumenep Winarto mengatakan sebagian besar siswa yang pingsan dikarenakan kelelahan dan kepanasan. Pasalnya, lamanya menunggu pelaksanaan upacara. Siswa datang ke lokasi upacara sekitar 07.30, namun upacara baru dimulai sekitar pukul 10.00.
“Ada beberpa kemungkinan yang menyebabkan siswa pingsan saat mengikuti upacara, bisa karena kelelahan dan kepanasan, bisa juga karena lapar karena sebelum mengikuti upacara tidak sarapan, sehingga mengalami dehidrasi dan akhirnya pingsan,” ujarnya.
Namun, menurut Winarto, setelah mendapat penanganan dan perawatan dari tim medis, puluhan siswa tersebut akhirnya pulih kembali, dan mereka langsung bisa pulang ke rumah masing-masing.
Mohammad Amin (32), guru SMA di Sumenep, mengatakan, upacara yang dilakukan di sekolah biasanya masih pagi, yakni sekitar pukul 7.30. dan cuacanya masih segar. Tapi untuk upacara memperingati HUT RI, acaranya digelar agak siang,yakni sekitar pukul 10.00. Sehingga peserta upacara utamanya siswa tidak kuat dengan teriknya matahari.
Pantauan Koran Madura, dari awal hingga akhir, upacara peringatan HUT kemerdekaan RI ke 69 yang digelar di halaman Pemkab Sumenep kurang berjalan khidmat. Pasalnya, selain banyak yang pingsan, pula banyak peserta upacara tak serius mengikuti upacara. Terlihat banyak siswa bersenda gurau.