Berjibaku Menuju Kursi Bupati?
PKB (struktural-kultural) diam-diam seperti sungai. Ia ibarat air yang tidak tenang meski kelihatannya tidak ada gelombang, di sana. Menjelang pemilukada 2015, PKB semakin terlihat berkubu-kubu. Pertama, pantas diduga terdapat pasukan yang berdiri di belakang ketua umumnya, A Busyro Karim (Bupati Sumenep) menuju 2015.
Kubu berikutnya, kubu Unais Ali Hisyam (anggota DPR RI) yang diam-diam juga dikabarkan akan maju di pemilukada Sumenep 2015. Katup lainnya, kelompok yang berada di suatu tempat, diantara kubu Busyro dan Unais. Faksi ini digawangi Badrut Tamam (anggota DPRD Provinsi Jatim). Ketiga nama tersebut santer beredar di masyarakat, khususnya di sosial media untuk maju sebagai calon bupati Sumenep mendatang.
Pada ruang jejaring sosial facebook, saling mendukung terhadap kandidat calon tertentu setiap hari semakin ramai. Diantaranya, kubu Badrut Tamam memasang akun facebook RBT, Relawan Badrut Tamam for Bupati Sumenep. Di halaman akun tertulis banyak narasi yang intinya meresensi sosok Badrut Tamam yang kini terpilih kembali untuk menjadi anggota DPRD Sumenep.
“Menurut saya K. Badrut Tamam merupakan kader muda Partai Kebangkitan Bangsa yg tidak di ragukan kemampuan dan sepak terjangnya, demikian juga loyalitasnya terhadap partai yg telah membesarkannya selama ini, apalagi kepada NU dan konstituennya,” tulis Agus Ansori di akun Relawan Badrut Tamam for Bupati Sumenep.
Di bagian lain, kubu Unais Ali Hisyam juga memberi sanjungan melalui akun facebook Sahabat Unais Ali Hisyam (SUAH). Dari berbagai isi status facaebook SUAH ini, Arif Budiman, pengagum Unais memberi sanjungan alternatif yang memberi kesan Unais sebagai sosok yang memiliki kemampuan di bidangnya, terutama soal politik, agama, dan keparlmentariaan.
“Berawal dari sebuah tawaran dari salah satu tokoh nadhliyin untuk menjadi anggota DPRD, pada tahun 1999, pria yang akrab disapa Unais ini pun akhirnya mendaftarkan diri sebagai anggota DPRD dan tanpa diduga terpilih sekaligus ditunjuk menjadi Ketua Komisi E DPRD Kabupaten Sumenep yang saat itu menangani bagian agama dan pendidikan di usianya yang cukup muda, 26 tahun. Berlanjut menjadi komisi B yang membawahi bidang perekonomian pada tahun 2004-2009,” tulis Arif Budiman.
Sementara di akun A Busyro Karim, lebih banyak diisi dengan foto-foto kegiatan Busyro sebagai bupati. Dari sisi propaganda, ini berguna untuk membuat ketua DPC PKB Sumenep itu dikenal. Meskipun, pada saat pemilu, populer belum tentu disukai dan disukai pun, belum tentu dipilih. Dari sekian banyak komentator di akun bernama A Busyro Karim, ada salah satu komentar yang bernada modus untuk mengajukan A Busyro Karim untuk tampil kembali menjadi Bupati Sumenep 2015 -2020. Misalnya, akun bernama Kang Nur. Ia menulis, “Insyaallah, atas izin Allah SWT, kami akan melanjutkan menjadi pelayan rakyat kabupaten Sumenep.1. KH. A. Busyro Karim….”
Dari sisi politik, Ketua DPC memiliki peluang dimajukan partainya dalam pemilu. Dalam skala nasional, Aburizal Bakri (Ketum Golkar) dicalonkan partai berlambang pohon beringin itu untuk menjadi presiden meski pada akhirnya Golkar mendukung yang lain dalam fakta politik pilpres. Demikian juga Hatta Radjasa (Ketum PAN) dijagokan menjadi calon presiden dan kenyataannya dalam pilpres ia menjadi calon wakil presiden.
Begitu juga pada jang politik lokal, DPC bisa jadi mengusung ketuanya untuk menjadi calon bupati mendatang. Tetapi sejarah politik di Indonesia ini bukan satu-satunya pilihan. Sebagai contoh, dalam pemilukada Pamekasan tahun 2003, Kholilurrahman saat itu menjadi ketua dewan syuro PKB dan maju sebagai calon bupati dari PKB. Tetapi, rekomendasi DPP PKB tidak turun kepada Kholilurrahman (ketua dewan syuro PKB) melainkan jatuh kepada orang lain. Ini artinya, rekom dari PKB bisa jadi untuk PKB sendiri atau orang lain.
Pada akhirnya, untuk pemilukada Sumenep 2015, rekomendasi DPP PKB bisa jadi turun kepada ketua DPC PKB, bukan ketua, atau bisa jadi jatuh kepada orang lain yang secara kepartaian bukan PKB. Sebab politik bisa menjadikan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin dan yang mungkin menjadi tidak mungkin. TIM

Butuh yang Baru dan Meyakinkan
Nama kandidat bupati menjadi perbincangan banyak orang khususnya dari internal PKB. Sejauh ini, yang muncul incumbent, A Busyro Karim. Ini wajar karena Busyro sebagai ketua DPC PKB Sumenep dan sudah dua kali mencalonkan bupati. Pertama, pada tahun 2005 (kalah) dan kedua, tahun 2010 (menang). Kandidat lainnya, Unais Ali Hisyam (anggota DPR RI). Di luar nama itu, terdapat Badrut Tamam (anggota DPRD Jatim).
Menurut analis politik dari kaum muda, Agus Ansori, tiga nama tersebut sama-sama memiliki kans untuk dicalonkan dan atau tidak dicalonkan oleh PKB dengan alasannya masing-masing. Dari sisi kebutuhan politik masa depan, Agus menyadari publik memerlukan yang baru, memiliki kompetensi, dan integritas. Lulusan UIN Surabaya itu menyadari nama Badrut Tamam belakangan ini santer tersiar sebagai calon bupati 2015 dari PKB. Mantan aktivis ini menduga, nama Badrut muncul karena diyakini mampu dan memiliki komunikasi politik yang bisa ke atas, bawah, kiri dan kanan. “Barangkali karena Badrut berbaur dalam arti tekstual dan kontekstual,” katanya. OBET