Tak Selamanya Kaya itu Membahagiakan
Banyak orang membayangkan hidupnya akan lebih bahagia apabila memiliki uang lebih banyak dari yang dimilikinya sekarang. Mereka telah memiliki sejumlah gambaran, akan digunakan untuk apa saja apabila suatu saat menjadi kaya. Semua gambaran itu tampak indah jika berhasil diwujudkan. Semua dilakukan untuk sebuah predikat sosial menjadi kaya raya.
Namun ketika kondisi yang diharapkan itu benar-benar terjadi, ternyata tidak selalu menambah kebahagiaan. Tidak jarang orang justru jatuh ke dalam kesengsaraan setelah hartanya bertambah banyak dan pangkatnya semakin memuncak. Bukan kebahagiaan yang didapatkan, justru aneka masalah dan kepedihan mendera kehidupan mereka. Pada titik itu, mereka mengatakan ternyata lebih bahagia saat kita berada dalam kondisi sebelum ini, saat masih sederhana. “Buat apa kaya jika kesederhanaan itu mampu melahirkan kebahagiaan,” ujar Ratna Ningsi Putri Mariska.
Menurut gadis kelahiran, Bangkalan 2 Mei 1997 ini, bahwa tingkat perselingkuhan dan perceraian dipicu karena telah memiliki banyak uang. Bebas melakukan apa saja itu dimata mereka. Tatkala uang bertambah banyak, muncullah semakin banyak keinginan, yang bertemu dengan godaan. “Saya sering baca dibeberapa media, kekayaan hanya menjadikan orang semakin buta. Semua dipikir dapat dibeli dengan uang,” ungkap gadis yang akrab dipanggil Ratna ini.
Namun bukan berarti uang itu tidak dibutuhkan. Akan tetapi, tidak semua harus diukur dengan keberadaan harta yang berlimpah. Kekyaan hanya akan mengantarkan ke puncak kesombongan apabila tidak disertai dengan kekuatan iman. Apalah arti sebuah kekayaan jika menjerumuskan ke jurang kenistaan. Sungguh, sangat disayang bagi orang yang tidak bisa mengontrol dirinya karena termakan oleh ketamaka. “Ya semoga kita bisa menjadi orang yang arif dan pandai mensykuri pemberian tuhan,” tuturnya. (DONI HERIYANTO/RAH)