PROBOLINGGO – Berteman dengan ular bukanlah terbilang hal yang wajar, Namun justru bisa dijadikan teman mainnya. Hal inilah yang dilakukan oleh bocah balita, Dian Rosuli yang kesehariannya bermain bersama ular kesayanganya.
Jika anak balita lain asyik bermain dengan boneka, Dian Rosuli bocah balita sehari-harinya bermain dan ditemani dengan binatang reptil. Putra pertama pasangan Juanidi (31) dan Iin Wahyuni (28), warga Desa Lawean Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo.
Di usianya yang baru tiga tahun, Dian Rosali sudah lihai memegang ular. Betapa tidak, ia terbiasa makan, tidur, dan bermain dengan berbagai jenis reptil ular berbisa hasil tangkapan ayahnya. Ular-ular tangkapan ayahnya.
Saat berkunjung ke rumahnya, Selasa (2/9), Dian Rosali tanpa rasa takut dan geli memegang ular berbisa berwarna hijau berekor merah, yang kata ayahnya terkenal memiliki bisa yang mematikan.
Tak kurang ada delapan ular hijau dan empat ular pecut yang diletakkan di sebuah kotak di atas tempat tidurnya. Dari seluruh ular itu, ada satu ular hijau besar sepanjang sekitar 80 cm. Ular-ular itulah yang menemani keseharian Dian Rosali.
“Dia begitu senang bermain ular. Bahkan, dia sering mengejar ular itu yang keluar dari kotaknya. Tak hanya itu, ular itu kadang dililitkan di lehernya,”kata Junaidi, ayah Dian Rosali.
Ayahnya pun sering menemaninya bermain dengan ular. Mereka berdua terkadang belomba menangkap ular yang lari ke sekitar rumahnya. Tapi, Dian Rosali yang lugu dan tak mengerti apa-apa seolah cuek. Padahal, ular itu bisa membunuhnya.
Keunikan ini membuat rumah Dian Rosali dikunjungi sejumlah warga. Mereka mengaku penasaran dengan keanehan yang ada pada dirinya. Saat ditonton warga, lebih bersemangat melepas ular-ular itu, kemudian menangkapnya lagi. Teman-teman seusianya dan warga yang menonton terlihat ketakutan.
Tak sampai di situ, Dian Rosali juga beberapa kali mencium ular itu yang menurutnya bau. Iin, ibunya, sesungguhnya merasa cemas dan takut terhadap kebiasaan anaknya itu. Namun, tampak senang sehingga Iin ibunda Dian Rosali mengaku tak bisa berbuat apa-apa.
“Dari pada menangis, saya biarkan saja, Mas. Yang penting dia senang. Toh selama ini baik-baik saja,” katanya.
Rahasia Tak Digigit
Junaidi mengaku hanya menggunakan perasaan saat menangkap dan bermain dengan ular. Prinsipnya, jika manusia tidak menyaikiti ular, maka ular pun tidak akan menyakitinya.
“Saya mulai mengenalkan ular pada Dian Rosali sejak dia berusia delapan bulan, tepatnya saat mulai belajar duduk. Semua jenis ular saya kenalkan padanya. Saya juga hobi memelihara ular. Saya ajarkan bahwa ular adalah ciptaan Tuhan, selain manusia dan tumbuh-tumbuhan,” ujarnya.
Pria berprofesi tukang bangunan itu mengenal ular sejak berumur enam tahun. Kala itu, saat bermain di sungai menangkap ular. Kendati sempat digigit, hal ini tak membuatnya takut terhadap ular. Sejak itulah, kemudian cinta terhadap ular.
Jika ada waktu senggang dan liburan, dirinya pun berburu ular. Seluruh ular yang dia tangkap, tidak dijual. Lokasi pencarian ular yang biasa didatangi di sawah maupun sungai. Lantaran dianggap punya potensi sebagai pawang ular, Junaidi kadang dimintai tolong tetangganya jika ada ular masuk ke dalam rumah atau pekarangan warga.
“Saya dulu punya ular phyton satu meter. Seluruh ular yang saya tangkap tak satupun dijual. Setelah saya tangkap, saya lepas lagi agar ular-ular itu mencari makan sendiri. Sedangkan ular yang berada di rumah, hanya untuk mainan Dian Rosali,” jelasnya.
Junaidi juga tak merasa khawatir terhadap kebiasaan anaknya itu. Kepada istrinya, menjamin bahwa ular itu tak akan mencelakakan anaknya. M. HISBULLAH HUDA