BANGKALAN – Penyalahgunaan narkoba di Kabupaten Bangkalan semakin memprihatinkan. Kini makan korban dua pelajar di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Sebut saja, AS, (19) siswa PGRI asal Kecamatan Geger dan RO, (17) siswa SMKN asal Kecamatan kota setempat. Keduanya ditangkap saat hendak berpesta narkoba di Perumahan Daerah (Perumda) Kamis sore (18/9) lalu.
Keterlibatan dua pelajar tersebut membut anggota DPRD Bangkalan angkat bicara. Khotib Marzuki, dari fraksi PKB, menyatakan kejadian tersebut menjadi pukulan telak bagi dunia pendidikan. Pemerintah setempat semestinya tidak menutup mata dan harus lebih serius melakukan upaya pencegahan terhadap penyalahgunaan narkoba yang menyeret kaum muda usia produktif.
“Pemkab Bangkalan harus lebih serius lagi dalam menangani maraknya kasus narkoba. Apalagi yang menjadi korban adalah pelajar. Peristiwa ini patut disayangkan, karena telah mencoreng dunia pendidikan. Miris sekali adanya kejadian itu,” ujarnya.
Menurut ketua DPC Granat (Gerakan Nasional Anti Narkotika) itu, Pemkab Bangkalan tidak cukup hanya memberikan sosialisasi yang dipasrahkan kepada masing-masing sekolah. Namun harus mampu melahirkan terobosan-terobosan baru dalam upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). Terlebih di setiap daerah memiliki lembaga resmi Badan Narkotika Kabupaten (BNK).
“Di sini kan memiliki BNK, kenapa tidak difungsikan. Buat terobosan baru dengan membuat skala prioritas penanganan terhadap bahaya narkoba,” kritiknya.
Menurut Khotib, jika hanya sosialisasi sifatnya terlalu umum. Beda halnya dengan skala prioritas, karena disitu dapat diklasifikasikan kelompok mana yang harus didahulukan. Misalnya kaum pelajar, dengan mengadakan tes urine dalam waktu berkala. Dengan demikian, akan lebih efektif, tentunya dengan membangun kerjasama yang baik melalui Polres setempat.
“Ya kalau tidak pernah serius jangan berharap Bangkalan zero narkoba. Pemkab harus kreatif dan inovatif dong,” sindirnya.
Sementara itu, Dewan Pendidikan Kabupaten Bangkalan, Mondir A Rofi’i mengaku prilkau dua pelajar tersebut telah menodai kesucian dunia pendidikan. Diharapkan bisa menjadi pelajaran kepada siswa yang lain.
”Kami berharap hal itu tidak akan terulang kembali di Bangkalan,” ujarnya. DONI HERIYANTO/RAH