Menangislah Jika itu Melegakan Perasaan
Menangis sudah menjadi identitas manusia sejak dilahirkan. Semua manusia bisa menangis, karena tangisan merupakan fitrah yang melekat pada manusia. Tangis merupakan bentuk kepekaan yang bisa menjadi alat pendeteksi perasaan seseorang. Ketika menangis, biarkan menangis, jangan dipendam. Menangis itu kebebasan jiwa untuk mengungkapkan perasaan yang tersimpan, yang tersisa dan terbiar di dasar keinginan.
“Tidak ada salahnya menangis jika itu membuat kita lega. Seringkali memang menangis sebagai uangkapan kekecewaan atau melukiskan sebuah perasaan yang terluka,” tutur Indira Maula Fatma.
Bagi gadis yang akrab disapa Ira ini, secara psikologis, menangis mampu membuat perasaan menjadi lebih baik, nyaman, dan tenang, karena tangisan dapat membantu menyingkirkan rasa stres dalam pikiran. Setidaknya, air mata yang dihasilkan dari menangis karena luapan perasaan atau emosi dapat menjadikan seseorang normal kembali.
“Ya intinya kan kita bisa lega. Tak ada lagi ada perasaan yang terpendam, karena sudah diluapkan,” paparnya.
Biasanya, kata Ira, setiap orang setelah menangis, berbagai masalah dan cobaan yang mendera, kekesalan dan amarah yang menyesak, serta goresan sakit hati biasanya berkurang dan muncullah perasaan lega. Karena itu, keluarkanlah masalah di pikiran dengan menangis, jangan dipendam karena bisa menjadi tangisan yang meledak-ledak. Malu menangis sesak di dada, tertahan menjadi ganjalan perasaan yang sewaktu-waktu bisa memporakporandakan pertahanan jiwa, rasa bahkan raga.
“Ini berdasarkan apa yang aku alami. Aku kira perempuan lainnya juga pernah merasakan hal yang sama,” ucapnya.
Perlu diingat, sambung Ira, menangis tak selalu identik dengan sosok perempuan. Setiap raga yang memiliki jiwa pasti pernah menangis, setidaknya menangis dalam hati, menangis di hadapan Tuhan. Tangisan tidak selalu berarti kerapuhan, kecengengan atau kelemahan seseorang. Jika tangisan bisa melemahkan seseorang, tangisan pun bisa menguatkan ketegaran seseorang.
“Dalam kepasrahan yang dalam, tangisan mampu mengembalikan kesadaran seseorang kan fitrahnya sebagai manusia dan hamba Yang Maha Sempurna, sehingga tangisan mampu melarutkan sebuah jiwa dalam doa yang khusyuk,” tuturnya. DONI HERIYANTO/RAH