Merindukan Sosok ‘Oemar Bakri’
40 tahun ia mengabdi
Jadi guru yang jujur dan berbakti
Memang makan hati
Oemar Bakri banyak ciptakan menteri
Oemar Bakri, profesor, doktor, insinyur pun jadi
Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakri seperti dikebiri”
Penggalan syair ‘Oemar Bakri’ dari Iwan Fals yang fenomenal ini adalah gambaran guru berhati mulia di zaman dahulu kala. Iya, pengabdian Oemar Bakri kadang membuat hati miris. Sebuah kondisi yang begitu berempat. Betapa profesi guru melalui figur ‘Oemar Bakri’ begitu menyedihkan. Sosok guru yang mengantarkan para petinggi dan pejabat menduduki jabatan-jabatan strategis, atau para ilmuwan dan cendekia yang berburu menemukan teknologi terbaru, namun profesi guru masih dipandang sebelah mata. Bahkan jauh kalah pamor dari para politisi.
“Sering saya ketemu dengan orang-orang yang sudah berumur paruh baya, dan mendengar cerita-cerita tempo dulu. Satu diantaranya adalah cerita betapa mulianya dan terhormatnya profesi guru di jaman dahulu. Misalnya, apabila guru datang, murid menyambut dengan hormat dan gembira ria. Tasnya disambut berebut untuk dibawakan. Sepedanya dilap dengan dengan hati yang tulus. Bahkan orangtua dan masyarakat secara umum menaruh hormat kepada mereka, karena telah sangat berjasa mendidik dan mengajarkan nilai kebaikan kepada anak-anak mereka,” ucap Lisa Nurjannah, salah satu mahasiwi di salah satu kampus swasta di Sumenep.
Perempuan kelahiran Sumenep, 10 Januari 1996 tersebut menuturkan bahwa melihat pengabdian guru jaman ini malah berbanding terbalik. Guru hanya dianggap profesi biasa. Bahkan ada yang menganggap hanya “alat” untuk mencapai tujuan. kalau sudah tercapai, maka mereka dilupakan dan dicampakkan. Iya, ungkapan ‘Habis manis sepah dibuang’ pun berlaku.
“Oleh karena itu, saya merindukan sosok Oemar Bakri di jaman ini. Ia hadir tidak hanya menjadi guru yang biasa-biasa saja. Tetapi hadir sebagai yang mampu menjelaskan, menunjukkan bagaimana caranya, hingga mampu menginspirasi murid-muridnya,” imbuh lulusan SMA 1 Kalianget itu.
Lisa, biasa dipanggil oleh teman-temannya itu ternyata memimpikan profesi sebagai pendidik. Bahkan tak tanggung-tanggun, ia punya cita-cita menjadi dosen. Tentu, yang diharapkan oleh Lisa adalah dosen yang profesional dan siap memberikan inspirasi nilai bagi anak didiknya.
Bagi mahasiswi PGSD semester awal itu, profesi dosen memang tidak mudah, tetapi yang jelas, para dosen yang profesional mampu mengaktualisasikan segala kemampuannya sebagai dosen pada masyarakat dengan keahlian yang ia miliki.
Bahkan sebagai pendidik yang profesional, ia tidak saja menghadapi dan melayani mahasiswanya dalam ruang kampus yang penuh formal, namun juga dapat membangun hubungan di luar kelas. Termasuk ia juga bisa membangun hubungan dengan mahasiswa seperti hubungan sahabat atau hubungan orang tua dengan anak kandung yang penuh perhatian. “Itulah substansi sebagai guru, tidak saja hanya sebagai pendidik, tetapi pelatih dan pembimbing bagi bagi anak didiknya. Karena ternyata itulah salah satu hal mulia yang bisa kita tiru dari pribadi Pak Oemar Bakri,” jelasnya. SYAMSUNI