Sajak di Mana
Cangkir itu penuh dengan anggur
Ketika aku kosongkan
Ia akan hilang
Lalu di manakah letak keakuan
Pohon di halaman rumahmu itu
Sangat menjulang menantang angin
Lagi mampu menahan keganasan musim
Ketika aku tumbangkan
Di manakah letak keangkuhan
Ketika siang menepi
Malam pun datang
Dan bulan bayang-bayang matahari itu
Berlayar di kegelapan malam
Lalu di manakah letak kekelaman
Ketika segalanya adalah Engkau
Lalu di manakah aku
2014
Hikayat Dosa
Karena tergoda kemolekan pohon surga
Akhirnya mereka jatuh dan telanjang
Tuhan kami telah mencelakai diri sendir
Tanah ini hampir mati
Seperti asing ketika mereka terlempar ke planet lain
Planet yang serba mungkin serba…
Karena merasa lebih mulia
Akhirnya mereka di kutuk selamanya
Bukankah muasal dosa adalah kita berrtanya
Kenapa dan mengapa
2014
Kolam Ikan Dan Bebatuan
Tuan memang penyayang
Di berikannya bebatuan pada kolam
Untuk tempat persembunyian bagi ikan-ikan
Tuan memang pandai
Di ciptakannya lumut dari ketiadaan
Untuk memperunik wajah bebatuan
Sementara itu air kadang Tuan jadikan keruh
Sekaligus bauh yang utuh melalui daun-daun yang jatuh
Satu-satu
2014
Nyanyian Gelombang
Masih terdengar deburmu sampai di sini
Seperti mengabarkan perahu-perahu yang tenggelam
Serta ketabahan batu-batu karang
Masih terdengar sampai di sini
Deru angin melahirkan musim
Melahirkan engkau
2014
Sajak Manusia
Kita adalah manusia yang lahir dari bencana
Dari pertikaian dua saudara dari rahim darah
Dari luka yang retak di kepala dari manusia
Dan rusuknya yang memakan buah terlarang di surga
-Dari getah
Kita lahir dari dosa dan air mata
Seandainya saja bencana, pertikaian, darah
Dan luka serta pohon itu tak pernah ada
Dan malaikat tak meragukan kita
Dengan bertanya “kenapa”
Di mana kita akan menyandang sebutan manusia
2014
Kepada Suara Dan Nama
Lantaran mabuk oleh keindahan suara dan nama
Ia pun lupa bahwa kecantikan seperti bunga-bunga
Dan suara hanya pantulan gema dari tak ada
O gerangan rahasia apakah yang tersimpan
Di balik suara dan nama
Hingga seseorang buta harus menempuh gulita
Sementara penyair dan pecinta
Menjadikan malam sebagai siang
Sebagai ruang untuk meratapi kerinduan
O Engkau yang memberi suara dan nama
Sifat ada seperti apakah yang kau sandang
Hingga Engkau dilingkupi rahasia-rahasia
Yang tak bisa terbaca oleh dua mata dua telinga
2014
*) Lahir di Dungkek Sumenep Madura 14 Februari 1993 istri dari penyair Ridhafi Ashah Atalka ini, saat ini kuliah di INSTIKA Guluk-Guluk Sumenep Madura