PROBOLINGGO– Antrean pembeli BBM terlihat di SPBU Mastrip Kelurahan Jrebeng Wetan Kecamatan Kedopok Kota Probolinggo. Warga sudah beberapa hari ini tidak bisa mendapatkan BBM karena stok di SPBU tersebut habis.
Ada pula beberapa SPBU yang menolak pembeli yang menggunakan jeriken. Meskipunpun sudah ada jaminan normalisasi distribusi dari Pemerintah Pusat, namun BBM ota Probolinggo sampai, Minggu (30Minggu (30/8) masih berlanjut, karena pengiriman BBM belum berlangsung normal.
Pemandangan berbeda terjadi di 5 (lima) SPBU. Yakni SPBU Mayangan, SPBU Pilang, SPBU Ketapang, SPBU Triwung Kidul, SPBU Sumberwetan Kecamatan Kedopok Kota Probolinggo.
Tak ada antrean kendaraan yang mengisi BBM di SPBU. Hal itu dikarenakan sejumlah SPBU memilih untuk tutup sambil menunggu pasokan BBM datang. Akibatnya, warga harus rela membeli BBM jenis Pertamax yang dijual pedagang eceran dengan harga Rp 12.500 – Rp.15.000 per liter.
Dari pantauan dilapangan, di SPBU Mastrip Kelurahan Kedopok Kota Probolinggo, antrean pembelian BBM memadati area SPBU. Pelayanan pembelian BBM, baik premium maupun solar hanya beberapa jam saja dibuka karena stok cepat habis akibat banyaknya pembeli beralih ke BBM jenis Pertamax.
Padahal untuk pembelian BBM dengan menggunakan jirigen sudah tidak lagi dilayani seperti hari sebelumnya. Kondisi ini juga diberlakukan di SPBU lainnya, yakni di SPBU Belokan, Jl. KH. Hasan Genggong Kelurahan Sukoharjo Kecamatan Kanigaran Kota Probolinggo.
Pengendara yang membeli BBM juga terpantau dibatasi. Untuk mobil hanya dilayani pembelian maksimal Rp. 100 ribu saja. Sedangkan motor bebek dibatasi Rp. 20 ribu dan motor dengan tangki besar maksimal Rp. 30 ribu.
“Untuk pembelian di atas batas maksimum itu, akan ditolak oleh operator SPBU. Ini untuk memberikan kesempatan kepada pengendara lain, mendapatkan jatah BBM yang sama,” kata Mistar, petugas SPBU Belokan.
Setelah stok di SPBU habis, pembeli ada yang masih tetap rela antre di di sana sampai menunggu kedatangan stok BBM selanjutnya. Terutama pengendara mobil yang memang sudah tidak bisa meninggalkan lokasi SPBU lantaran persediaan BBM di tangki mobilnya menipis dan tidak mencukupi untuk pulang.
Habisnya stok di SPBU ini, rupanya menjadi peluang tersendiri bagi penjual BBM eceran, terutama premium. Seperti yang dilakukan sejumlah penjualan premium eceran di depan SPBU Belokan, yang langsung diserbu pembeli.
Antrian ini tetap mendapatkan pengamanan aparat Polres Probolinggo Kota yang sampai hari ini tetap berjaga di seluruh SPBU yang ada. Mereka menaikkan harga jual premium perliternya Rp. 10-15 ribu, pembeli tampak berebut. Mereka menyiapkan botolan kosong dan jirigen berukuran besar yang dinaikkan becak untuk melayani pembeli.
Kendati lebih mahal, para pembeli tidak bisa menolaknya. Harus bagaimana lagi, meski BBM eceran ini lebih mahal tetap saya beli. Karena saya tidak bisa pulang lantaran tangki BBM motor saya sudah habis. Kalau mau antri dan menunggu stok datang, sampai berapa jam lagi.
“Kondisi ini sangat mengganggu pekerjaan saya Mas.Termasuk memberatkan, karena terpaksa membeli BBM yang lebih mahal,”ucap Zain (40), warga Desa Jorongan Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo.
Kemunculan penjualan Premium eceran ini, lanjut penjual buah jeruk keliling ini, dinilainya tidak aneh lagi. Karena, setiap kali terjadi kelangkaan BBM, ada sejumlah masyarakat yang memanfaatkan kondisi itu untuk mendapatkan keuntungan.
Caranya, mereka membeli BBM, baik jenis Premium maupun Solar dengan menggunakan Jerigen, botol air mineral, mobil atau motor degan tangki besar.
“Isi tangki BBM dikuras dan dimasukkan jirigen lalu dijual. Setelah isi tangki kendaraan dikuras habis, ada orang lainnya yang bertugas kembali antre membeli BBM di SPBU. Begitu seterusnya,” kata Zain singkat. MISBAHUL HUDA