JAKARTA-Pengamat ekonomi dari National University of Singapore (NUS), Tan Khee Gia menyebut Indonesia akan masuk dalam lingkaran 7 besar negara kekuatan ekonomi dunia pada 2030. Penilaian ini berdasarkan penelitian yang telah dilakukan beberapa waktu lalu. Dari hasil penelitian itu, Indonesia memiliki kekuatan ekonomi besar di kawasan Asia Tenggara dan merupakan negara yang masuk dalam 10 besar negara dengan Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar. “Indonesia sebagai ekonomi terbesar di ASEAN akan memainkan peranan yang penting dan utama untuk mewujudkan konektivitas di ASEAN,” ucap Tan dalam acara Investment Award di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (7/10).
Dari hasil penelitian tersebut, perkembangan ekonomi yang besar di Indonesia diharapkan bisa membawa manfaat pada negara ASEAN lainnya. Serta dapat memimpin dengan menciptakan konektivitas di Asia Tenggara dan Pasifik. “Indonesia dapat membawa negara-negara ASEAN menuju hubungan multilateral khususnya di dalam perdagangan bebas Asia Pasifik nantinya, serta meningkatkan inklusivitas,” jelasnya.
Senada dengan Tan, pim peneliti dari NUS, Tan Kong Yam menyematkan julukan negara ekonomi menengah dengan pertumbuhan tercepat di dunia atau rising middle power dunia pada Indonesia. Pemberian julukan ini melihat perbaikan tingkat daya saing di sejumlah Provinsi di Tanah Air. “Indonesia terkenal sebagai rising middle power di dunia,” ucapnya.
Sejak 2011, NUS bekerja sama dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) untuk menyusun peringkat daya saing di 33 Provinsi di Indonesia. Sehingga dia tahu betul perbaikan daya saing tiap provinsi.
Yam optimis ekonomi Indonesia akan terus tumbuh ke depannya. Tidak hanya itu, Indonesia juga diyakini akan memberikan sumbangsih dan kontribusi untuk negara lain di kawasan. “Diharapkan Indonesia akan memimpin kawasan Asia Pasifik dan memimpin terwujudnya partnership menuju perdagangan bebas ,” tegasnya.
Potensi kenaikan ekonomi Indonesia bisa dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan NUS. Beberapa provinsi di Indonesia Timur, Sumatera Utara, Gorontalo, Bengkulu mencatatkan lompatan ekonomi 12-13 peringkat dengan fokus 20 persen pada indikator terendahnya. “Provinsi-provinsi di Jawa dan Sumatera selama ini dikenal maju, tapi ternyata ada kemajuan pesat di Provinsi Kalimantan dan Sulawesi. Ini bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua.”
Dari penelitian ini juga disebut Sumatera merupakan wilayah dengan stabilitas makro paling apik. Sementara untuk sublingkup perencanaan pemerintah dan institusi, Provinsi di Sulawesi bisa menjadi percontohan bagi Provinsi lain.
“Indonesia harus meningkatkan produktivitas pertanian dan sebagainya. Jika ingin membangun industri pengolahan sumber daya alam, perlu diiringi dengan peningkatan sumber daya manusia tanpa melupakan aspek governance, seperti infrastruktur,” tutupnya. (GAM)