Pengusaha itu Tidak Tunggu Tua
Krisis ekonomi yang berkepanjangan menyebabkan terbatasnya kesempatan kerja. Di sisi lain banyak perusahaan yang bangkrut. Akibatnya banyak karyawan yang kena PHK. Di samping itu setiap tahun lulusan SLTA hanya sedikit yang dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sedangkan keterampilan dan kompetensi yang mereka miliki sangat minim. Hal tersebut menambah angka pengangguran. Sehingga belum memenuhi syarat untuk masuk dunia kerja.
Ungkapan ini diucapkan Echa, seorang mahasiswi manis kelahiran Pamekasan, 18 Januari 1993, yang memiliki hobi unik, yaitu berdagang. Teman sebayanya mungkin memiliki hobi jalan-jalan atau mengoleksi sesuatu. Tapi tidak dengan anak kedua dari tiga bersaudara ini. Dimulai dari hobi, kemudian menjadi cita-cita yang besar dalam kehidupannya. Cita-cita yang mungkin butuh perjuangan jatuh bangun untuk meraih kesuksesan.
Berbekal pengalaman dan seringnya mengikuti seminar kewirausahaan. Dia mampu berjualan di kampungnya. Walaupun umurnya masih begitu belia tapi semangatnya yang sudah ingin menjadi pengusaha membuatnya tak malu berdagang.
Di usianya yang masih 21 tahun ini, seharusnya dia mengenyam pendidikan perkuliahan, tapi kecerdikan membuatnya tak mau diam di rumah dan belajar. Sembari kuliah dia berjualan sosis dan es yang targetnya pada anak sekolah sore atau madrasah. Hasilnya lumayan, omzetnya per hari mencapai Rp 150.000.
Ya, kalau masih mau menunggu panggilan supaya bekerja di salah satu instansi pemerintahan kapan, Mas? Jualan sosis ini juga kerja kan? Hitung-hitung membantu meringankan beban orang tua, kan dapat pahala juga,” ungkapnya.
Dia menambahkan dewasa ini banyak masyarakat atau mahasiswa yang hanya memiliki tujuan atau angan-angan hanya mencari kerja, bukan menciptakan lapangan kerja. Maka hal ini tentunya akan menambah jumlah orang yang menganggur tiap tahunnya. Ini semua disebabkan oleh pertumbuhan lapangan kerja semakin sempit. SUKMA FIRDAUS/RAH