Energi Persahabatan
Zoon Politicon kata Ariesto, salah satu bapak Filsafat Yunani Kuno. Ia menahbiskan manusia sebagai makhluk yang tidak bisa mandiri. Sehingga manusia pun butuh teman atau sahabat. Bahkan Adam merasa sendiri saat berada di surga, maka Tuhan terpaksa mengirim Hawa sebagai teman untuk berbagi dan saling melengkapi.
Iya, kata Abraham Moslow, selain sandang pangan, manusia itu butuh teman untuk bercerita atau melepas derai air mata. Tak usah terlalu jauh, saat kita sakit, kita pun menjadi lemah dan butuh orang untuk merawat.
Faran Tatika adalah salah satu dari sekian perempuan yang tak mau kehilangan sahabat. Sebab bagi dara kelahiran Sumenep, 24 Pebruari 1990 itu mengartikan sahabat sebagai salah satu energi di saat ada duka bukan hanya saat suka.
“Persahabatan adalah jalinan kasih antar manusia yang begitu tulus. Setulus cinta kepada kekasih. Karena ia tidak terjalin karena hawa nafsu. Namun karena rasa keakraban dan rasa untuk saling tolong menolong. Karena perasaan itulah akan tumbuh ikatan saling bertukar rasa dan rahasia, bahkan kadang tidak menyangka, ikatan itu lebih sekadar keluarga,” kata Faran, panggilan akrabnya.
Bahkan, tambah lulusan sarjana (S1) Universitas Jember Fak. Hukum itu, bahwa sahabat rela menjadi tempat berbagi kelelahan, berbagi kesedihan dan tidak pernah menjual rahasia diri kita,” jelasnya.
Pacar atau pasangan kapan saja bisa meninggalkan kita, tapi tidak berlaku untuk sahabat. Ia begitu menjadi energi dalam hidup seseorang, sebab dia yang tahu kekurangan kita, tapi menunjukkan kelebihan kita. Sahabat pula yang tahu ketakutan kita, namun justru menunjukkan keberanian kita.
“Sampai saat ini saya tidak bisa bertahan tanpa energi seorang sahabat. Sahabat selalu ada untuk saya ketika saya punya masalah atau lagi kesusahan. Bahkan terkadang memberi saran yang bodoh hanya untuk melihat kita tertawa,” jelasnya.
Saat ditanya tentang pengalamannya dalam bersahabat, ia mengaku sangat terkesan. Sebab selama ini ia tak ada bila tak ada sahabat, karenanya, kata perempuan yang memimpikan jadi pengusaha dan notaris itu, ia jadi berarti dan punya alasan untuk terus menatap masa depan hanya karena motivasi seorang sahabat. “Dan tanpa mereka semua, saya berjalan tanpa nahkoda. Maka saya dapat mengambil kesimpulan dari pengalaman itu kalau sahabat telah menjadikanku manusia yang lebih bermakna,” tegas perempuan yang mengaku singel itu.
Kini, berkat energi sahabat, Faran pun menjadi karyawati swasta di sebuah instansi sebagai sekretaris. Memang, selain paham soal hukum, suatu saat nanti, tika bisa menjadi seorang enterpreneur sejati. Benazir Nafilah/SYM