Idul Adha, Momentum Saling Berbagi
PAMEKASAN – Banyak hikmah yang dapat diambil dalam memperingati Hari Raya Idul Adha. Salah satunya untuk kembali menanamkan rasa saling berbagi kepada sesama. Sebab budaya ini sepertinya sudah semakin pupus di zaman modern seperti sekarang.
Menurut Novita, 23, di zaman yang serba modern seperti sekarang, budaya silaturahmi dan saling berbagi sudah mulai berkurang. Dia mencontohkan yang sederhana saja, seperti dengan adanya Hand Phone (HP). Orang sudah mulai jarang bersilaturahmi secara langsung dengan sesamanya. Mereka cukup berkomunikasi lewat HP, tanpa harus datang langsung dihadapannya. Padahal silaturrahmi yang dicontohkan Rasulullah adalah bertemu langsung, saling bercengkrama, salin mendoakan, bahkan saling berbagi.
Saling berbagi disini maksudnya saling membantu. Apakah itu membantu tenaga, membantu barang, atau berbagi rejeki. Sebab biasanya, ketika kita saling bersilaturrahmi, misalnya dalam hidup bertetangga, terkadang ada salah satu tetangga kita yang membutuhkan bantuan, apakah itu bantuan tenaga, mungkin bantuan barang, bahkan bantuan uang. Karena kita atas dasar silaturahmi antar bertetangga, yang lebih dari satu orang, kita bisa saling membantu dengan cara bergotong royong antar tetangga untuk menolongnya.
“Misalnya, ada salah satu tetangga yang butuh pinjaman uang. Kita bisa sumbangan antara tetangga yang lain untuk membantu satu orang itu. Begitupun sebaliknya. Dan ini akan menjadi lebih ringan,” ungkapnya.
Menurutnya, dengan momentum Idul Adha ini, bisa kembali dijadikan ajang untuk kembali menggalakkan silaturrahmi, terutama silaturrahmi antar tetangga. Sebab biasanya, dalam perayaan Idul Adha ini, sehabis Solat Id masyarakat banyak yang berkumpul di masjid, mushola, dan langgar, untuk menyembelih hewan qurban, dan memilah-milahnya. Mereka melakukan itu semua secara gotong-royong, tanpa meminta upah. Setelah itu mereka juga dengan sukarela membagikan atau mengantarkan daging-daging kurban itu kepada para tetangga.
Bahkan ada diantara tetangga yang rumahnya berdekatan, melakukan masak bersama dan makan bersama. Mereka saling membantu, dari daging masih mentah, hingga masak, kemudian makan bersama, dan akhirnya cuci piring dan bersih-bersih bersama. Mereka juga saling melengkapi antara bahan-bahannya, seperti bumbu-bumbunya, perabotnya, dan lain sebagainya. Semua yang dilakukan ini atas dasar keilkhlasan yang tinggi.
“Tampaknya situasi ini jika terlihat dalam kehidupan sehari-hari, akan sangat sejuk dan damai. Dan Islam benar-benar rahmatan lil alamin,” tukasnya dengan tersenyum. Sukma firdaus/rah