Belajar Tegar dari Rasa Kehilangan
”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS Al Baqarah: 286).
Kehilangan selalu diidentikkan dengan musibah. Maka dengan berprasangka baik pada Allah, gantilah perkataan itu dengan kata manis seperti sebutan rahmat dari Allah untuk menguji kadar keimanan seseorang.
Itulah yang dilakukan Rhevita Pratiwi saat kehilangan salah seorang anggota keluarganya, yaitu adik yang cukup disayanginya. Kesedihan atas apa yang terjadi dianggapnya sesuatu ujian yang menjadi kepastian dari ALLAH, sehingga tidak perlu larut dalam kesedihan.
Gadis kelahiran Surabaya ,16 September 1993, saat ini tengah bekerja pada salah satu perusahaan rokok ternama yang bertugas di Kabupaten Pamekasan. Gadis berparas ayu yang mengidolakan Aliando Syarief, pemeran dalam senitron ganteng-ganteng srigala itu, menata kesabaran. Sabar dibutuhkan tidak hanya ketika dilanda musibah seperti kehilangan salah seorang keluarganya, tetapi bisa juga karena faktor lain, seperti dirinya yang berasal dari Pranti, Sedati, Sidoarjo, karena tuntutan pekerjaan, harus tinggal di Pamekasan selama kurang lebih 1 tahunan dengan meninggalkan orang-orang tersayang di rumahnya. Baginya, pekerjaan yang ia jalani saat ini dianggap sebagai anak tangga untuk mencapai cita-citanya.
“Jalan hidup bisa diubah sesuai dengan keinginan dan usaha seseorang. Namun, hidup dan mati sudah menjadi ketentuan yang tidak bisa diubah datangnya. Kehilangan orang yang disayangi, baik karena kematian atau perpisahan karena ada alasan tertentu memang berat, tapi apabila dijalani dengan kesadaran, hal itu akan menjadi pelajaran untuk bisa tegar,” katanya.
Menurut gadis yang pernah sekolah di SMPN 2 Ponorogo ini, sebuah kehilangan harus diiringi dengan perasangka baik pada Allah, agar berubah menjadi sebuah keampunan menjalani hari-hari di depan mata.
Akan tetapi, sabar dan prasangka baik itu terasa sangat sulit dilakukan apabila tidak mampu menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini pada hakikatnya hanyalah ujian. Harta yang kita miliki, karier yang bagus, rumah dan mobil mewah yang kita miliki, anak dan keluarga, itu semua adalah ujian dari Allah dan titipan Allah.
“Merelakan bukan berarti menyerah, tetapi lebih menyadari dan menerima bahwa ada hal yang tidak bisa dikuasai, orang yang kita sayang tidak akan tahu kapan akan pergi,yang terpenting sekarang hanya menjadikan setiap momen lebih bermakna,” ungkapnya. (ALI SYAHRONI/RAH)