Semusim Puisi
1/
Semusim puisi aku mengenalnya
Berbagi cerita tentang rama dan sinta
Melebur rindu pada bait-bait sajakku yang ayu
Malam semakin sunyi mama,
Sedang mata masih tajam memanjat waktu
Waktuku dalam kesendirian
Tak ada lagi yang menemani sepiku
Sunyi,
Dan selain puisi kata-kata terasa kaku untuk aku rangkai padanya
Dan puisiku yang bermusim inilah ma,
Risalah tentangnya hadir untukku
Kemudian, ya aku mengenalnya
2/
Semusim pusi aku mengenalnya
Malam-malam terasa berbeda
Dan kau ada.
Jadung 2014
Oktober, Adalah Kalebun*
Telah sampai pada perjumpaan bulan yang diinginkan
Uang jadi mantra di jalanan, di trotoar
Bahkan di sarang semut pun uang jadi harapan.
Tiap malam, lampu senter berlari berkejaran
Menerobos puing-puing kaca rumahku
Ah….. ada apa ini??
Sebentar lagi, tepat pada ulang tahun kelahiranku
Permainan akan semakin menjadi-jadi
Celurit semakin panas di dadanya
Berlapis jaz hitam, tebal sekali
Sebab, Oktober nanti
Pilihan da di tangan rakyat
Kekuasaan terus saja jadi rebutan
Makanya uang dihambur-hamburkan
Musim telah berganti
Tanggal-tanggal tinggal sejarik kuku saja
Di mana waktu akan benar-benar tiba padanya
Pada pesta rakyat
Sedang aku masih kaku untuk pesta kelahiran
14-09-2014
*kalebun, adalah bahasa Madura yang berarti kepala desa
*) Lahir di desa jadung dungkek. Alumni MI, MTS Mathla’ul Amien, MA 1 Annuqayah. IKSTIDA, IKSABAD, Komunitas PERSI, Sanggar ANDALAS, KOTEMANG, POAR. Sekarang aktif di STIT Al-karimiyyah.