PAMEKASAN – Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Pamekasan, Nur Faisal menganggap sistem pendidikan yang berjalan di Kabupaten Pamekasan masih gagal menciptakan pemuda yang berkarakter.
Indikatornya, banyaknya kenakalan pemuda yang terjadi di Pamekasan. Salah satunya pemudi yang sudah menjadi perempuan cabe-cabean, pemudi yang berusia produktif untuk mengeyam pendidikan sudah menjadi pemandu karaoke, tawuran antar siswa dan pemuda, hingga aksi pembacokan yang menewaskan siswa.
Sederet persoalan yang menimpa pemuda Pamekasan tersebut kata pria yang juga menjadi Penasehat Asosiasi Pedangang Kaki Lima (Apkli) Pamekasan ini, salah satu bukti gagalnya sistem pendidikan di Pamekasan.
Kenakalan pemuda tersebut kata Nur Faisal disebabkan kerana beberapa faktor. Diantaranya, mudahnya pergaulan bebas, faktor pendidikan yang gagal menciptakan kepribadian yang baik oleh keluarga maupun guru di sekolah. Serta sistem pendidikan yang cederung diarahkan pada liberalisme.
Faktor-faktor tersebut bisa dicegah bukan dengan cara membuat peraturan daerah (Perda) ataupun peraturan lainya. Melainkan melakukan perbaikan dan mengevaluasi sistem pendidikan yang sudah berjalan. Sebab, hanya melalui sistem pendidikan yang baik, akan menciptakan pemuda yang berkarakter baik.
Menurutnya, sumpah pemuda merupakan ikrar yang dicetuskan oleh para pemuda zaman dulu untuk menyatukan pemuda di seluruh Indonesia. Karena itu momentum peringatan sumpah pemuda ini sangat penting guna menumbuhkan semangat dalam diri pemuda akan pentingnya persatuan.
“Jika pemuda zaman dulu bersatu untuk mewujudkan kemerdekaan, pemuda zaman sekarang harus bersatu guna membangun bangsa ini menjadi lebih baik dan disegani bangsa lain,” Paparnya.
Mantan aktrivis GMNI Pamekasan mengemukakan bahwa pada menjelang kemerdekaan, banyak bermunculan pemuda-pemuda potensial. Di antaranya, Bung Karno, Bung Hatta, Muh Yamin, WR Supratman, Sutomo, Ki Hajar Dewantara, dan lainnya, yang tampil dengan membawa panji organisasi dan kemampuan mereka saat masih berusia di bawah 30 tahun.
Lebih lanjut, pria kelahiran Sumenep itu membandingkan dengan semangat pemuda saat ini, yang notabene memiliki tanggungjawab mengisi kemerdekaan untuk kemajuan bangsa ini. Menurutnya, sikap sebagian pemuda saat ini sudah mengkhianati semangat pejuang. Hal itu ditandai dengan kemerosotan semangat juang dan perilaku korupsi yang sebagian besar pemainnya adalah orang-orang yang berusia relatif muda.
Untuk menangkal semua itu, Faisal menegaskan bahwa saat ini dibutuhkan pemuda yang berkarakter untuk dapat menjalankan amanat Undang-Undang Dasar 1945.
“Pemuda yang berkarakter adalah pemuda yang memiliki dedikasi, integritas, jujur,dan tangguh dalam menghadapi berbagai persoalan demi kemajuan bangsa sesuai harapan pejuang,” pungkasnya. (FAKIH AMYAL/UZI/RAH)