SUMENEP – Meski dirinya hanya seorang tukang jahit sepatu, namun ia tetap optimis, jika suatu hari nanti bisa menunaikan ibadah haji. Ternyata benar, berkat ketekunan dan kerja kerasnnya, September lalu ia berangkat ke tanah suci Mekkah. Hanya saja, garis takdir yang melakat pada dirinya membuat ia tak bisa kembali lagi ke tanah kelahirannya. Suben meninggal dunia di Arab Saudi, Minggu (12/10).
Sebelum pergi ke tanah suci, ia tinggal di Desa Kebonagung, Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep. Dalam kesehariannya, ia hanya bekerja sebagai tukang sol sepatu. Ia biasa menghabiskan hari-harinya di sebelah selatan Masjid Agung Sumenep, sambil berharap ada orang yang mau menjahit sepatu atau sandal kepada dirinya.
Berkat kerja kerasnya itu, tanggal 9 Maret tahun 2009 silam, laki-laki kelahiran tahun 1940 bisa nyetor uang sebesar Rp. 20 juta sebagai uang muka untuk biaya naik haji. Setelah itu, ia kembali menekuni pekerjaannya. Tentu, motivasinya agar ia bisa melunasi biaya kepergiannya ke tanah suci, sambil menunggu jadwal keberangkatannya.
Setalah menunggu selama 4 tahun, akhirnya pada bulan September lalu, tepatnya hari Jumat tanggal 26, laki-laki kelahiran tahun 1940 itu bersama jamaah calon haji (JCH) lainnya sebanyak 534 orang diberangkatkan dari Sumenep menuju tanah suci Mekkah.
Selama beberapa hari di tanah suci, Suben terganggu kesehatannya. Menurut penuturan anaknya, Subali, berdasarkan informasi yang ia dapat dari tanah suci, bahkan saat hendak melakukan wukuf, sang ayah sudah harus diantarkan ke Padang Arafah dengan menggunakan ambulan.
Selesai melaksanakan wukuf, Suben harus dirawat di rumah sakit Jidda. Kesehatannya semakin hari kian memburuk. Hingga pada akhir, Minggu (12-10) lalu, Suben menghembuskan nafas terakhirnya. Harapannya untuk bisa kembali berkumpul dengan keluarganya pun harus terkubur bersama jasadnya di tanah suci Mekkah.
Mendengar informasi sang ayah meninggal dunia di Mekkah, Subali mengaku sangat terkejut dan tidak percaya dengan kenyataan tersebut. Ia mengaku terpukul mendengar kabar kematian ayahnya. Terutama saat ia ingat bagaimana perjuangan sang ayah selama ini. Ia sama sekali tak menyangka sang ayah akan meninggalkannya untuk selama-lamanya.
Sebelum berangkat, menurut Subali, tak ada tanda-tanda ayahnya sedang menderita penyakit. Sehingga ia tak terlalu khawatir ketika sang ayah pergi untuk menjadi tamu Allah. Waktu itu, Subali hanya berharap sang ayah baik-baik saja di Mekkah, dan bisa pulang dengan selamat. “Sebelum berangkat, ayah baik-baik saja. Ayah sehat,” kata Subali.
Hanya saja, harapan terkadang tak sama dengan kenyataan yang harus diterima. Diketahui sang ayah ternyata meninggal karena penyakit dara tinggi yang didertanya. Sealain itu, informasi yang sampai kepada Subali mengatakan bahwa sang ayah meninggal karena jantungnya lemah, dan otaknya kering.
Kini, Subali dan keluarga Suben lainnya hanya bisa menerima kenyataan, bahwa Suben sudah tidak lagi bisa diharapkan kembali ke rumahnya. Kini ia telah dikubur di pemakaman umum di tanah suci Mekkah. Subali hanya bisa berharap, semua ibadah sang ayah diterima oleh Allah SWT., sehingga bisa tenang di sisi-Nya. FATHOL ALIF